Kisruh Sapi Australia, Pemerintah Usulkan Teknologi Baru Pemotongan
Reporter
Editor
Senin, 4 Juli 2011 04:15 WIB
Sapi Australia disembelih di sebuah rumah potong hewan di Indonesia. AP/Animals Australia and RSPCA Australia
TEMPO Interaktif, Jakarta:Kementerian Pertanian mengusulkan sejumlah teknologi baru dalam tahap penyembelihan sapi. Salah satunya dengan menggunakan alat untuk merebahkan sapi tanpa harus diikat. Teknologi tersebut dapat menghindarkan ternak dari risiko kesakitan, seperti terjatuh dan terbentur lantai.
Usul itu sebagai upaya mendukung langkah pemerintah Australia dalam membantu perbaikan standar rumah potong hewan. Namun bentuk bantuan persisnya akan dibicarakan secara matang. "Akan disesuaikan dengan kebutuhan," kata Menteri Pertanian Suswono pada akhir pekan lalu.
Pemerintah tak melarang Australia membuka ekspor sapi ke rumah potong yang standarnya sudah diperbaiki. Tapi kebijakan itu akan dibicarakan setelah kesepakatan tentang standar penyembelihan selesai dirumuskan. "Tim gabungan pemerintah dan Australia masih bekerja."
Pemerintah Australia menangguhkan ekspor sapi hidup ke Indonesia selama enam bulan sejak 8 Juni. Kebijakan itu diambil sebagai respons atas cara pemotongan yang dianggap tak memenuhi standar kesejahteraan hewan. Bukti ini mengacu pada tayangan stasiun televisi ABC pada akhir Mei lalu.
Australia pun melarang penyembelihan ternak hidupnya di sejumlah rumah pemotongan di Tanah Air, seperti Mabar di Medan, Bayur di Tangerang, Herman dan Zbeef di Lampung, Gondrong di Tangerang, Zidin di Tanah Karo, Tani Asli di Binjai, serta Bubulak di Bogor.
Penghentian ekspor dikhawatirkan berdampak terhadap ribuan lapangan kerja di Australia. Benua Kanguru mengapalkan sedikitnya 500 ribu sapi per tahun ke Indonesia senilai Aus$ 320 juta (Rp 2,94 triliun). Nilai itu sekitar 43 persen dari total perdagangan hewan hidup Australia ke seluruh dunia.
Pemerintah Australia siap membantu untuk mempercepat penyesuaian standar penyembelihan hewan. Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriaty akan menyiapkan sarana untuk memperbaiki rumah potong yang diduga menyembelih hewan secara tidak wajar tersebut.
Moriaty mengatakan, meski membutuhkan waktu lama, pihaknya bersedia membicarakan bantuan sarana tersebut. "Intinya, kami sangat mendukung kebijakan pemerintah Indonesia," kata dia. "Kami ingin secepat mungkin menghasilkan standar yang cocok."
Walau sudah hampir sebulan, penangguhan ekspor belum mempengaruhi kenaikan harga daging. Setidaknya itu tergambar dari paparan inflasi selama Juni. Daging tak menyumbang inflasi. "Harga belum naik terlalu drastis," kata Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan.
Harga daging sempat naik pada pekan ketiga Juni sebesar Rp 600 dari harga rata-rata sekitar Rp 60 ribu per kilogram. Tapi, pada pekan pertama dan kedua Juni, harga masih turun. "Sehingga kesimpulannya pada Juni harga daging masih menyumbang deflasi."
Tapi Rusman mengingatkan pemerintah tetap menjaga pasokan daging sapi agar tidak melonjak menjelang bulan puasa dan Lebaran. "Daging harus diperbanyak untuk Lebaran karena itu pasokan harus dijamin. Kalau harga sampai Rp 100 ribu bisa repot," tuturnya.
Prabowo Mau Impor Sapi Perah untuk Program Susu Gratis, Berapa Anggarannya?
5 Januari 2024
Prabowo Mau Impor Sapi Perah untuk Program Susu Gratis, Berapa Anggarannya?
Capres Prabowo Subianto menyatakan akan mengimpor 1,5 juta ekor sapi perah untuk merealisasikan program susu gratis. Berapa kira-kira kebutuhan anggarannya?
Prabowo Ingin Impor Sapi Perah 1,5 Juta Ekor, Ini Kata Asosiasi Peternak
5 Januari 2024
Prabowo Ingin Impor Sapi Perah 1,5 Juta Ekor, Ini Kata Asosiasi Peternak
Capres Prabowo Subianto mengatakan akan mengimpor 1,5 juta ekor sapi perah untuk merealisasikan program susu gratis. Bagaimana kata perhimpunan peternak?