Di Bawah 'Gempuran' Cina  

Reporter

Editor

Rabu, 20 April 2011 10:41 WIB

Pengrajin sepatu di Cibaduyut, Bandung, Rabu (3/6). Setiap tahunnya sekitar 3 Juta s/d 4 Juta pasang sepatu berbagai jenis dibuat oleh 3.519 pengrajin dengan total investasi Rp 14 Miliar. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO Interaktif, Bandung - Puluhan sepatu anak berbagai model dengan warna cerah terpajang di salah satu toko sepatu di Jalan Cibaduyut Raya, Bandung, Jawa Barat. Harga sepasang dibanderol Rp 30 ribu. Sepintas sepatu-sepatu itu tak beda jauh dengan buatan sentra di Cibaduyut. Yang membedakan hanya labelnya: "Made in China."

Tak hanya sepatu anak yang marak dijajakan di kawasan itu. Sepatu impor berbahan kulit imitasi juga dijual. Harganya Rp 50-70 ribu per pasang. Bandingkan dengan harga sepatu kulit buatan lokal yang dijual rata-rata Rp 200 ribu.

Pada 1980-an, Cibaduyut dikenal sebagai pusat industri sepatu. Produk sepatu asal daerah itu terkenal ke seantero negeri, bahkan sampai mancanegara. Tapi kini puluhan produsen sepatu di Cibaduyut tak mampu lagi menahan gempuran sepatu impor asal Cina.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat menyebutkan, jumlah industri kecil sepatu di Cibaduyut terus berkurang. Pada 2008, sebanyak 867 unit usaha masih bertahan. Jumlah ini kemudian menyusut menjadi 844 unit pada 2009. "Angka ini bakal terus menurun," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ferry Sofwan Arif.

Bahkan, menurut data Koperasi Bina Usaha Angkatan Muda Indonesia Bersatu Jawa Barat, kapasitas industri rumahan Cibaduyut merosot 60 persen pada tahun lalu. Kini industri rumahan hanya menghasilkan sekitar 300 pasang sepatu per pekan.

Produsen sepatu konstruksi merek Inkra Batant Stride, Gun Gun Runiadi, mengungkapkan, mahalnya produk sepatu Cibaduyut dibanding sepatu buatan Cina disebabkan oleh mahalnya bahan baku. Selain itu, tingkat margin sebesar 30 persen yang dipatok pedagang menyebabkan harga sepatu kian melambung.

Industri tekstil dan garmen di Majalaya, Jawa Barat, juga mengalami hal yang sama. Membanjirnya tekstil dan produk tekstil asal Cina menyebabkan jumlah pesanan menurun drastis. Pemilik CV Sandang Makmur Lestari, Deden Sawega, menyatakan pesanan ke perusahaan anjlok. "Toko di Tanah Abang menunda pemesanan," ujarnya.

Merosotnya produksi industri nasional akibat gempuran produk Cina diakui Direktur Jenderal Kerja Sama Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahjana. Menurut dia, daya saing industri nasional kalah oleh Cina. Penyebabnya, industri dalam negeri kekurangan pasokan komponen dan energi. Kondisi ini ditambah dengan sulitnya mendapatkan modal usaha.

Selama tahun lalu, impor produk industri dari Cina mencapai 18,5 persen dari total impor. Jumlah ini naik 33 persen dibanding tahun sebelumnya. Sebaliknya, ekspor Indonesia ke Cina hanya 8,21 persen dibanding total ekspor (lihat tabel).

Pemerintah mensinyalir murahnya barang buatan Cina karena praktek perdagangan tidak adil. Dari 190 jenis barang impor Cina, 38 jenis dijual lebih murah di Indonesia dibanding di Cina. Atas temuan ini, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat akan membahas dalam pertemuan bilateral dengan Cina. Dia menolak desakan pembahasan negosiasi ulang kesepakatan. Alasannya, "Renegosiasi terlalu lama."

R.R. ARIYANI | AGUNG SEDAYU | ANGGA SUKMA WIJAYA

Berita terkait

Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

23 Juli 2019

Hari Ini Cina Terapkan Bea Antidumping untuk Baja Nirkarat RI

Tarif antidumping yang dikenakan Cina sebesar 18,1 - 103,1 persen.

Baca Selengkapnya

Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

16 Mei 2019

Perang Dagang, Indonesia Bisa Rebut Pasar Tekstil Cina di AS

Indonesia berpeluang mengambil pasar tekstil Cina di Amerika Serikat setelah perang dagang kedua negara tersebut.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

6 Maret 2018

Sri Mulyani Ingatkan Dampak Buruk Perang Dagang Presiden Trump

Sri Mulyani mengomentari kebijakan AS yang akan memproteksi produk baja dengan menerapkan bea masuk.

Baca Selengkapnya

Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

14 Agustus 2015

Devaluasi Yuan, Ini Strategi Menteri Perindustrian  

Menteri Perindustrian menilai devaluasi yuan membuat ekspor Cina makin deras masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

21 Juli 2012

Akhirnya, New iPad Bisa Masuk Cina

Mereka harus membayar nyaris Rp 600 miliar untuk menyelesaikan sengketa paten dengan sebuah perusahaan lokal Cina.

Baca Selengkapnya

Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

2 Mei 2011

Anggito: ACFTA Harus Dilihat Secara Multilateral  

Secara bilateral memang defisit, tapi secara multilateral Indonesia surplus

Baca Selengkapnya

PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

30 April 2011

PM Cina: Salak dan Manggis Populer di Cina

Ternyata tak hanya produk-produk buatan Cina yang membajiri Indonesia. Beberapa produk dalam negeri khususnya buah-buahan asli Indonesia saat ini mulai banyak dikonsumsi masyarakat Cina atau biasa juga disebut Republik Rakyat Tiongkok.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

29 April 2011

Pemerintah Minta Cina Turunkan Pajak Ekspor

Cina banyak mengambil bahan baku dari Indonesia kemudian produk olahannya dijual dengan bea ekspor tinggi.

Baca Selengkapnya

Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

23 April 2011

Banyak Produk Cina Masuk Lewat Malaysia

Maraknya produk Cina di pasar domestik ternyata bukan hanya karena diimpor langsung dari Cina, melainkan juga banyak yang dimpor dari negara tetangga.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

23 April 2011

Indonesia Dinilai Salah Strategi Hadapi CAFTA

Lemahnya Indonesia menghadapi banjir impor Cina pasca diberlakukannya pasar bebas Cina-ASEAN (CAFTA) setahun lalu dinilai karena adanya kesalahan strategi.

Baca Selengkapnya