Saatnya Berinvestasi di Sukuk

Reporter

Editor

Senin, 7 Februari 2011 10:42 WIB

Menteri Keuangan Agus Martowardojo. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah membuka masa penawaran Sukuk Negara Retail seri SR-003. "Penerbitan sukuk negara retail merupakan bagian dari usaha pemerintah melakukan diversifikasi pembiayan APBN," kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo, saat pembukaan masa penawaran hari ini (7/2) di kantor Kementerian Keuangan.

Menurut Agus, sukuk telah menjadi instrumen investasi pemerintah yang berkontribusi mendukung perluasan basis investor di kalangan domestik. Selain itu, juga berperan menjaga stabilitas dan pendalaman pasar keuangan.

Pentingnya pendalaman pasar keuangan domestik dilihat dari Moody's yang meningkatkan peringkat utang Indonesia dari Ba2 ke Ba1, atau satu tingkat di bawah layak investasi (investment grade).

Agus menolak menyebutkan target indikatif pemerintah dari penawaran Sukuk. "Kami ada target indikatif, namun tidak kami sebutkan angkanya. Kami harapkan target akan terlampaui," kata dia.

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Walutanto, pemerintah sebelumnya telah menerbitkan Sukuk seri SR-001 pada 2009 dan SR-002 pada 2010. Dari kedua seri tersebut, pemerintah telah memperoleh dana sekitar Rp 13,5 triliun.

"Investornya dari berbagai kalangan profesi," kata Rahmat.

Sukuk SR-003 berjangka waktu 3 tahun dengan imbal hasil (kupon) 8,15 persen per tahun. Pada dasarnya kupon Sukuk tersebut at par dengan yield Obligasi Negara dengan tenor yang sama, yaitu 3 tahun.

Advertising
Advertising

"Premi risikonya juga kecil karena kenaikan ekspektasi inflasi. Premi tersebut diberikan mengingat umumnya investor individu memegang Sukuk sampai jatuh tempo," kata Rahmat.

Jumlah minimum pembelian Rp 5 juta dan kelipatannya, tanpa batasan maksimum. Pemesanan disampaikan melalui 11 bank dan 9 perusahaan efek agen penjual yang ditunjuk pemerintah pada setiap hari kerja mulai 7 Februari - 18 Februari 2011.

Bank penjual adalah Bank Mandiri, BII, Bank Syariah Mandiri, BRI, Bank CIMB Niaga, Bank HSBC, BNI, Citibank NA, Standard Chartered Bank, Bank Permata, dan Bank OCBCNISP. Adapun perusahaan efek penjual adalah Andalan Artha Advisindo Securitas, Mega Capital Indonesia, Banana Securities, Danareksa Securities, Trimegah Securities, Sucorinvest Central Gani, Reliance Securities,CipradanaSecurities, dan Kresna Graha Sekurindo.

Panjatahan dilakukan 21 Februari 2011 dan penyelesaian 23 Februari 2011. Konfirmasi kepemilikan paling lambat 4 Maret 2011 dan pengembalian dana sisa penjatahan paling lambat 24 Februari 2011. Sedangkan pencatatan di Bursa Efek akan dilakukan 24 Februari 2011.

EVANA DEWI

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

36 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya