TEMPO Interaktif, Jakarta -Pengembangan gas menjadi bahan bakar alternatif menghadapi tiga tantangan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Darwin Zahedy Saleh, menyatakan tantangan itu antara lain sumber daya jauh dari lokasi konsumen, infrastruktur transmisi yang terbatas untuk mendistribusikan gas alam, serta harga untuk kebutuhan domestik yang masih belum mencapai nilai keekonomiannya.
Produksi gas selama ini dihasilkan oleh daerah yang berada di luar Jawa dan Sumatera. "Sedangkan konsumsi terbanyak masih berada di Pulau Jawa," katanya. Oleh karenanya diperlukan pembangunan infratsruktur yang lebih signifikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas di dalam negeri.
Namun pengembangan infrastruktur gas tersebut disadari oleh pemerintah tidak bisa dilaksanakan hanya dengan mengandalkan dana yang dikucurkan oleh negara melalu APBN saja. "Membutuhkan partisipasi investor disini," kata dia.
Pemerintah, kata dia, masih mencari titik temu untuk menyelesaikan persoalan harga gas tersebut untuk menyesuaikan keinginan investor dan kepentingan pasokan dalam negeri. Darwin bahkan tidak menampik kemungkinan lahirnya sebuah peraturan maupun kebijakan baru untuk penyelesaian hal tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita Herawati Legowo mengatakan pemerintah memberikan pengaturan dan ketentuan yang spesifik untuk sektor transportasi dan rumah tangga. "Kalau untuk tranportasi dan rumah tangga harga gas akan ditentukan oleh pemerintah, jadi cukup rendah," katanya.
Untuk listrik dan pupuk, Pemerintah juga masih turut campur dalam urusan penentuan harga di dalamnya."Tapi kalau business to business, pemerintah hanya memfasilitasi saja," kata Evita.
GUSTIDHA BUDIARTIE