“Pembeli terus berdatangan, hingga puncaknya Sabtu-Minggu (1-2/1),” kata Andriyanto kepada Tempo, Minggu (2/1).
Dia sendiri awalnya pesimistis liburan kali ini akan sepi, mengingat saat ini masuk bulan Muharram dalam penanggalan Islam. Dari pengalamannya selama ini, pembeli pasti sepi saat Muharram. “Karenanya saya kaget. Ternyata pembelinya banyak,” ucapnya.
Menurutnya, ramainya pembeli tidak lepas dari liburan Natal dan Tahun Baru yang berbarengan dengan liburan siswa sekolah. Kenaikan penjualan d toko Andri ini meningkat dua kali lipat.
Oleh-oleh yang banyak dibeli seperti abon sapi, srundeng, dan intip, yang dibuat dari nasi yang sudah dikeringkan. Abon sapi dijual Rp 24 ribu per seperempat kilogram, srundeng Rp 7 ribu per seperempat kilogram, dan intip per buah Rp 7 ribu. “Lainnya seperti rambak cakar, rambak paru, dan ampyang,” tambahnya.
Kondisi serupa juga dialamai toko oleh-oleh Abon Mesran. Pemilik toko, Sarwiningsih, mengaku tokonya ramai sejak 25 Desember hingga hari ini. “Tapi mungkin puncaknya hari ini. Setelahnya, mungkin sudah normal lagi,” jelasnya.
Pembeli dikatakannya banyak membeli oleh-oleh khas Solo seperti abon, srundeng, dan keripik cakar dan paru. Biasanya pembeli berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta dan Semarang. “Kalau beli, tidak cuma satu dua buah. Selain untuk sanak kerabat, oleh-oleh juga diberikan kepada teman kerja dan sebagainya,” katanya.
Andrijarto mengatakan, untuk menarik pembeli, dia bekerja sama dengan sejumlah biro wisata dan pengemudi becak. Mereka diminta mengantarkan wisatawan yang akan membeli oleh-oleh, untuk datang ke tokonya. “Cara ini efektif untuk meningkatkan penjualan,” tuturnya.
Dia memperkirakan ramainya pembeli juga dipengaruhi faktor sudah banyak dikenalnya jajanan khas Solo di luar daerah. Sehingga rasanya tidak lengkap jika ke Solo tidak membeli oleh-oleh khas seperti abon sapi, srundeng, keripik cakar, dan intip.
UKKY PRIMARTANTYO