Emil juga membantah tudingan beberapa kalangan, termasuk Rizal Ramli, bahwa dirinya nantinya justru akan membawa kepentingan IMF. “Tidak mungkin itu, saya kan orang Indonesia, yang saya perjuangkan adalah rakyat,” kata dia.
Seperti telah diberitakan Majalah Tempo, Rizal Ramli menolak kehadiran para ekonom tua karena dianggap sebagai arsitek ekonomi Orde Baru. Kedua ekonom tersebut adalah Emil Salim dan Widjojo Nitisastro. Pertentangan antara dua kelompok ekonom dari dua generasi yang berbeda tersebut terlihat juga dari adanya kesetujuan ekonom-ekonom tua tersebut terhadap paket revisi APBN yang diajukan Menteri Keuangan. Padahal Rizal Ramli sebagai Menko Perekonomian justru menolak paket revisi APBN yang diajukan Departemen Keuangan.
Pada paket revisi Departemen Keuangan tersebut, yang dipermasalahkan adalah tentang kenaikkan BBM. Departemen Keuangan menginginkan kenaikkan tersebut pada bulan Juni, sementara Menko Perekonomian justru menginginkan kenaikkan dilakukan pada bulan Oktober. Rizal juga menuding bahwa pertimbangan Prijadi hanyalah soal akuntansi dan tidak memperhatikan aspek lainnya.
Atas masalah ini, Emil Salim berpendapat bahwa dirinya menyetujui langkah Prijadi tersebut karenan masalah anggaran adalah masalah yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan Departemen Keuangan. Departemen tersebut, menurut dia, memiliki direktorat anggaran. “Logikanya mereka lebih mengetahui masalah anggaran, kalau Kementrian Perekonomian memiliki perhitungan sendiri saya tidak tahu,” ujar dia menjelaskan. (Rif’at Pasha)