Hadapi Persaingan Bebas, Indonesia-Taiwan Optimalkan Kerjasama
Senin, 13 Desember 2010 20:38 WIB
Menurut Direktur Eksekutif Tempo Institute, Mardiyah Chamim, Indonesia dan Taiwan memiliki kesadaran yang sama akan adanya potensi yang ada di masing-masing wilayahnya. "Kami berharap di sini kedua negara bisa lebih mengoptimalkan kerja sama menghadapi dunia bebas ini," katanya.
Dalam acara itu, pemerintah Indonesia menawarkan kepada sejumlah pengusaha Taiwan untuk menanamkan investasi di wilayah Indonesia Timur. Deputi Menteri Perekonomian Bidang Perdagangan dan Industri Edy Putra Irawady mengatakan tingkat persaingan di wilayah timur tidak terlalu tinggi, sehingga peluang bagi Taiwan lebih besar. "Kalau di barat dia harus bersaing dengan Singapura, Cina dan lainnya," katanya.
Edy mengatakan sampai saat ini pengusaha Taiwan banyak yang masuk ke Indonesia di sektor cash business dan office supply. Meskipun memiliki teknologi lebih unggul dibanding negara-negara tetangganya, Taiwan dipandang tidak terlalu agresif. Sangat jarang perusahaan Taiwan yang masuk ke sektor consumer electronic seperti umumnya perusahaan dari Asia Timur.
Kebanyakan pengusaha Taiwan memasuki Indonesia melalui jalur konvensi. Karena itu pemerintah menawari pengusaha Taiwan untuk berinvestasi di timur agar lebih leluasa dan tidak banyak pesaing. Edy juga mengusulkan agar pengusaha Taiwan memulai dengan membuat komunitas ekonomi dalam skala kecil sebelum berkembang ke investasi dalam skala besar.
Investasi dari Taiwan saat ini banyak terdapat di bidang metal, batu-batuan dan energi. Ke depan, menurut Edy bidang investasi yang diminati Taiwan adalah energi, tambang, manufaktur dan elektronik. Salah satu wilayah yang ditawarkan untuk investasi adalah Makasar.
Wali Kota Makasar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan Makassar adalah salah satu wilayah yang sangat potensial untuk investasi. "Makassar sendiri ingin membangun daerah menjadi Makassar Global City tetapi dengan pengalaman lokal," katanya. Makassar juga relatif bebas dari potensi bencana alam besar seperti tsunami dan erupsi gunung berapi.
Sementara itu peneliti dari Nusantara Financial Consultancy Irwan Omar juga ikut mendorong pengusaha Taiwan berinvestasi di Makassar. Alasannya Makassar memiliki potensi pelabuhan dengan kapasitas yang lebih baik daripada Tanjung Priok. "Pelabuhan di Makassar lebih baik untuk lalu lintas kapal kargo karena memiliki kedalaman yang lebih tinggi," katanya.
Kementerian Perdagangan mencatat nilai perdagangan antara Indonesia dan Taiwan sampai September tahun ini mencapai US$5,6 miliar, naik 49,35 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ekspor Indonesia tercatat US$3,3 miliar atau naik 55,97 persen, sedangkan impor dari Taiwan sebesar US$2,3 miliar atau naik 40,74 persen. Neraca perdagangan kedua negara mencapai lebih dari US$1 miliar atau naik 106,9 persen dibanding tahun lalu.
KARTIKA | FAJAR