Indonesia Didesak Bikin Kebijakan Suku Bunga yang Jitu

Reporter

Editor

Senin, 1 November 2010 23:16 WIB

Bank Indonesia. TEMPO/Dinul Mubarok
TEMPO Interaktif, Jakarta - Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyarankan pemerintah membuat kebijakan suku bunga yang tepat untuk menekan laju inflasi. "Ini untuk mencapai target inflasi pada tahun 2011," kata Sekretaris Jenderal OECD Angel Gurria dalam acara peluncuran laporan OECD Economy Survey of Indonesia 2010 di Jakarta, Senin (01/11).

Angel mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia melampaui ekspektasi pertumbuhan negara-negara OECD maupun negara berkembang lainnya. Perekonomian Indonesia tahun ini dan tahun depan bisa tumbuh pada kisaran 6 persen dari produk domestik bruto. "Tapi tekanan inflasi bisa menjadi ancaman," ujarnya.

Menurut Angel, tekanan inflasi sering kali tak bersahabat dengan proses pemulihan ekonomi. Selain itu, kata dia tekanan inflasi akan mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat miskin. Bank sentral, kata dia, harus melihat struktur harga yang ada di pasar dan menjaga agar tekanan inflasi tidak berpengaruh secara terus-menerus.

Angel mengakui saat ini sudah banyak terjadi arus modal masuk ke negara berkembang, termasuk ke Indonesia. Menaikkan suku bunga tentunya akan menaikkan daya tarik, dan modal masuk pun lebih tinggi. Persoalan arus modal, menurut dia, memang bisa menjadi masalah. Tapi Indonesia, dia menilai, masih membutuhkan banyak investasi baru.

Dia juga menyarankan Indonesia tidak mengubah nilai mata uang secara fundamental karena ini akan menjadi masalah mata uang di dunia. Yang terpenting adalah ekonomi berjalan secara normal. Namun, Angel mengakui, upaya mengatasi ketidakstabilan nilai tukar bisa menjadi sangat mahal di beberapa negara.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan rekomendasi OECD itu tidak semuanya harus diikuti. "Beberapa masukannya bagus, tapi bukan semuanya harus diikuti," katanya. Hatta mengatakan usul menaikkan suku bunga itu harus melihat kondisi yang ada di dalam negeri.

Pemerintah menginginkan sektor riil dan investasi terus bergerak. Demikian pula dengan peningkatan daya saing di luar negeri. Modal asing yang masuk saat ini jumlahnya luar biasa besar. Itu karena pemilik modal melihat bahwa Indonesia memiliki nilai imbal hasil investasi yang cukup tinggi.

IQBAL MUHTAROM

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

5 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

5 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

9 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

9 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya