Dolar Amerika Serikat (AS) sore ini sempat terpuruk hingga menyentuh dibawah level 81, dan terhadap euro kembali melemah hingga diatas level US$ 1,4.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Apelles R.T Kawengian mengunkapkan bahwa penguatan yen ini perlu diwaspadai dan jangan sampai tembus dibawah 80 per dolar AS. Bila ini terjadi bisa menambah lama pemulihan ekonomi global, dan terapresiasinya yen yang terlalu cepat ini bisa menjadi indikator akan negara yang akan menjadi korban.
Apelles mencontohkan kasus Yendaka (istilah penguatan mata uang Jepang ) tahun 1993, Mexiko dilanda krisis kemudian Indonesia dan negara Asia lainnya menyusul lima tahun kemudian yang sering disebut dengan krismon (krisis moneter) tahun 1998. “Sehingga penguatan yen saat ini perlu diwaspadai,” ujarnya.
Setidaknya Jepang yang pertama kali yang akan mengalami dampak penguatan yen. Karena pasti ekspornya akan tergerus. Dan pangsa ekspor terbesar Negeri Matahari Terbit ini adalah Amerika Serikat. Dengan melemahnya dolar tentunya daya beli masyarakat Amerika akan turun sehingga lebih memilih produk AS sendiri yang harganya lebihmurah.
Secara teknikal, dolar AS memang sudah jenuh beli dan sangat rawan mengalami koreksi sehingga bisa kembali memicu keperkasaan yen. Ditambah lagi bank sentral Cina yang menaikkan suku bunganya untuk pertama kalinya sejak 2007 lalu bisa berdampak dolar AS akan semakin berdarah hingga sidang The Fed 2 ovember mendatang yang diperkiraan akan mengumumkan langkah kongkrit untuk merangsang pertumbuhan ekonominya dengan quantitative easing (meningkatkan likuiditas pasar dengan menyuntikan dana ke pasar).
“Adanya perang mata uang membuat nilai tukar mata uang global cenderung fluktuatif. Dan bank sentral semua negara berusaha menahan penguatan mata uangnya untuk melindungi perekonomiannya agar produk ekspornya tetap kompetitif,” paparnya.
Penguatan yen ini pastinya juga berpengaruh bagi Indonesia, karena utang pemerintah juga banyak dalam mata uang yen, termasuk obligasi dalam mata uang yen yang disebut samurai bond. Sehingga akan mempengaruhi besaran pembayaran utang dan bunga ke Jepang. Akan tetapi penguatan rupiah di 8.900 per dolar AS ini sedikit meredam dampak dari yendaka.
VIVA B. KUSNANDAR