"Saya belum tahu kabar itu karena sejauh ini belum ada anggota yang mengajukan aduan," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia Tjutju Darmawan kepada Tempo, Senin (18/10). Ia mengaku, pihaknya belum menemukan hambatan impor yang diberlakukan Brasil.
Pekan lalu, Atase Perdagangan Brasil Kementerian Perdagangan Sahat Sitorus menyampaikan ekspor ban dari Indonesia ke Brasil terhambat lantaran munculnya aturan yang rumit. Brasil menetapkan importir asal Indonesia, Malaysia, dan Thailand harus menyertakan surat keterangan asal (SKA).
SKA atau biasa disebut certificate of origin (COO) merupakan sertifikasi asal barang. Dalam sertifikat tersebut dinyatakan bahwa komoditas yang diekspor berasal dari negara pengekspor. Penerbitan SKA tergantung kesepakatan bilateral, regional, multilateral, unilateral. Atau karena ketentuan sepihak dari pengimpor.
Brasil juga mewajibkan importir yang sudah mengimpor di atas 300 ribu unit ban agar membangun gudang penyimpanan. Kewajiban itu dinilai membebani importir karena biayanya tak murah. Akibatnya membebani harga ban yang diimpor ke Brasil. Menurut Sahat, kebijakan Negeri Samba untuk melindungi pasar lokalnya. "Brasil memang overprotective," kata dia.
Tjutju mengakui semua barang yang diekspor harus memiliki SKA. Namun ia tidak mengetahui apakah permintaan pemerintah Brasil terkait SKA tersebut ditujukan kepada ekspor yang dilakukan oleh pedagang atau penjual. "Meski setahu saya selama ini tidak ada hambatan. Yang ekspor, ya, cuma produsen," tutur dia.
Hampir semua produsen ban di Indonesia mengekspor produknya mereka ke luar negeri. Beberapa produsen itu antara lain PT Gajah Tunggal, PT Sumi Rubber Indonesia, dan PT Bridgestone Tire Indonesia. Tjutju memastikan jika ekspor dilakukan produsen, tidak ada masalah terkait SKA.
Total ekspor ban mobil hingga semester pertama tahun ini tercatat 17,8 juta unit atau setara dengan 158.125 ton. Nilai ekspor mencapai US$ 520,9 juta. Negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk ban adalah Jepang, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Afrika.
KARTIKA CANDRA | EKA UTAMI