Pertama Kali di 2010, Neraca Perdagangan Luar Negeri Defisit

Reporter

Editor

Rabu, 1 September 2010 14:50 WIB

Bongkar muat CPO di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (23/10). Pemerintah menerapkan kebijakan penurunan tarif pungutan ekspor minyak kelapa sawit mentah dari 7,5 persen menjadi 2,5 persen. TEMPO/Puspa Perwitasari

TEMPO Interaktif, Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan luar negeri Indonesia pada Juli 2010 mengalami defisit sebesar US$ 128,7 juta. Nilai ekspor pada bulan yang sama mencapai US$ 12,49 miliar atau meningkat sebesar 1,32 persen dibanding ekspor bulan sebelumnya. Perbadingan year on year menunjukkan ekspor mengalami peningkatan sebesar 29 persen.

"Untuk pertama kali sepanjang tahun 2010, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan," ujar Subagio Dwijosumono selaku Deputi Bidang Statistik Produksi sekaligus Plh Deputi Bidang Statistik Distribusi da Jasa, di Kantor BPS, Jakarta, hari ini (1/9).

Menurut Subagio, defisit ini terjadi karena terjadinya peningkatan impor barang-barang konsumsi. Data BPS memperlihatkan impor mengalami peningkatan sebesar 7,32 persen menjadi US$ 12,62 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. "Sementara (pada periode yang sama), kami melihat ekspor melemah di sektor apa saja."

Selama Januari-Juli 2010, nilai impor mencapai US$ 75,56 miliar atau meningkat 50,3 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal ekspor kumulatif pada periode Januari-Juli 2010 mencapai US$ 85,01 miliar atau meningkat 42,26 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009.

Sepanjang Juli, nilai ekspor pada sektor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 1,76 persen dibandingkan Juni, dengan capaian sebesar US$ 10,61 miliar. Pada periode yang sama, nilai impor nonmigas mencapai US$ 10,51 miliar atau meningkat US$ 1,14 miliar yang setara dengan peningkatan sebesar 12,20 persen.

Peningkatan ekspor nonmigas terbesar selama Juli 2010 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 219,8 juta, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar US$ 82,9 juta.

Advertising
Advertising

Kenaikan nilai impor, kata dia, seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran. Karena, lanjut dia, kenaikan impor terbesar ada pada barang modal yakni sebesar 36,90 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2010. "Barang modal akan mendapat nilai tambah di dalam negeri, jadi tak usah kuatir."

Subagio mengatakan, pihaknya akan terus mencermati tren kenaikan nilai ekspor ini. Adapun ekspor nonmigas terbesar selama Juli 2010 terjadi ke Jepang dengan besaran US$ 1.304,8 juta pada Juni 2010 menjadi US$ 1.366,1 pada Juli 2010 atau mengalami kenaikan sebesar US$ 9.010,2 juta. Kenaikan ini sebagian besar disumbang oleh ekspor hasil industri 34,10 persen (month to month), ekspor hasil pertanian 17,55 persen (month to month), dan ekspor hasil tambang 52,93 (month to month).

Impor nonmigas berasal sebagian besar dari Cina yang mengalami kenaikan dari US$ 1.211,1 juta pada Juni 2010 menjadi US$ 1.921,8 juta pada bulan Juli 2010 atau mengalami peningkatan sebesar US$ 10,7 juta.

ANTON WILLIAM

Berita terkait

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

2 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

3 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

4 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

11 hari lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

11 hari lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

12 hari lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

12 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

12 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

12 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

15 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya