Pemerintah Tolak Moratorium Utang

Reporter

Editor

Jumat, 13 Agustus 2010 03:14 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah memastikan tidak akan pernah mengajukan moratorium (berhenti sementara) pinjaman luar negeri. Selain mekanismenya yang rumit juga karena terutama Indonesia tidak dalam situasi kritis. Ini ditandai dengan membaiknya pendapatan domestik bruto (PDB).

“Kita pernah moratorium pada tahun 2005 karena bencana tsunami (Aceh dan Nias), itu force majeur. Itu pun hanya bunganya saja,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Wakuyanto di kantornya kemarin. “Itu pun kreditur yang menawarkan,” ujarnya menambahkan.

Alasan lain, Rahmat melanjutkan, prospek perekonomian Indonesia yang membaik. Rating Indonesia di mata lembaga-lembaga juga semakin baik. Indikatornya, Indonesia sudah masuk investment grade.

Dengan begitu, pemerintah tetap akan melunasi pinjaman luar negerinya. "Kita akan selalu melakukan debt switching. Kita pindahkan sedikit-sedikit tapi sering," katanya.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, pinjaman luar negeri dari tahun ke tahun berkisar Rp 100 triliun hingga Rp 110 triliun yang jatuh tempo pada 2011.

Rahmat menjelaskan, pengajuan moratorium pinjaman luar negeri tidaklah mudah. Apalagi untuk pinjaman eks Paris Club atau OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development atau Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi), harus melibatkan Lembaga Moneter Internasional (IMF). Di Indonesia, IMF masih dipandang negatif.

Pengajuan moratorium pinjaman juga tidak bisa dilakukan sebagian, melainkan paripasu (semua kreditur menerima pelunasan). “ Kalau hanya satu kreditur, nanti yang lain persepsinya kita mau moratorium karena dalam kesulitan. Mau default," kata Rahmat.

Dampak buruk dari moratorium adalah punish dari pasar dengan imbal hasil (yield) yang langsung naik sehingga biaya-biaya bunga menjadi naik.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Revrisond Baswir meminta pemerintah menghentikan kebiasaan mengajuan pinjaman luar negeri karena kemampuan bayarnya yang masih lemah. "Kalau terus-terusan begitu, gali lobang tutup lobang jadi kebiasaan," katanya kemarin.

Seharusnya pemerintah melakukan terobosan yang akan berimbas positif terhadap stabilitas keuangan dalam negeri. Misalnya melakukan penghematan dengan mengoptimalkan sektor-sektor pendukung. Yang terjadi sekarang, kata Baswir, pemerintah malah terjebak dalam utangnya sendiri.

Sebelumnya, sejumlah anggota DPR juga mendesak pemerintah untuk melakukan moratorium utang luar negeri. Bahkan para legislator ini berencana membuat hak angket terkait dengan masalah membengkaknya pinjaman luar negeri.

EVANA DEWI I IQBAL MUHTAROM I APRIARTO MUKTIADI I MARIA

Sumber: Koran Tempo, 13 Agustus 2010

Berita terkait

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

17 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

18 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

18 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

7 Maret 2024

BI Laporkan Cadangan Devisa Indonesia Turun Jadi US$ 144 Miliar

BI mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 senilai US$ 144 miliar.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

18 Februari 2024

Terpopuler: Makan Siang Gratis Bisa Berujung Utang Luar Negeri, Jadwal dan Cara Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Program makan siang gratis bisa berujung pada utang luar negeri, jadwal dan cara mendaftar CPNS 2024

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

17 Februari 2024

Ekonom Prediksi Program Makan Siang Gratis Berujung pada Utang Luar Negeri

Ekonom memprediksi, jika program makan siang gratis akan berujung pada penambahan utang luar negeri. Ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

15 Februari 2024

Terkini: Prabowo-Gibran Unggul Begini Kata Walhi, Bapanas Sebut Bantuan Pangan Beras Kembali Disalurkan

Pasangan Capres dan Cawapres) nomor urut dua Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul di hitung cepat.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

15 Februari 2024

Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI

Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat tahun 2023 naik menjadi US$ 407,1 miliar.

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

9 Februari 2024

Cadangan Devisa Turun, Disedot Jatuh Tempo Bayar Utang Luar Negeri Pemerintah

Cadangan devisa Indonesia menurun pada bulan pertama 2024 gara-gara pembayaran utang luar negeri. Masih dua kali lipat dari standar internasional.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

16 Januari 2024

Bank Indonesia Catat Utang Luar Negeri RI Capai Rp 6.230 Triliun

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri RI per November 2023 sebesar US$ 400,9 miliar atau Rp 6.230 triliun.

Baca Selengkapnya