Dalam siaran persnya, hari ini, Sekretaris Perusahaan Dani Handayani mengatakan kenaikan laba ini ditopang oleh peningkatan pendapatan dari penjualan semen di pasar domestik. Permintaan pasar domestik yang kuat terutama dari sektor perumahan sejak kuartal akhir 2009 meningkatkan volume penjualan Indoecement.
Sepanjang semester pertama ini, angka penjualan tumbuh 17,1 persen dari 5,3 juta ton pada periode sama tahun lalu menjadi 6,3 juta ton. Perseroan mencatat permintaan pasar semen domestik tumbuh 11,5 persen. Pangsa pasar Indocement di semester pertama ini meningkat menjadi 31,2 persen dibandingkan 29,7 persen di semester pertama 2009.
Menurut Dani, Indocement mengalami kelebihan kapasitas produksi sehingga bisa menikmati kenaikan permintaan dan hasilnya pangsa pasar meningkat. "Perseroan merupakan satu-satunya produsen semen di Indonesia yang memiliki kelebihan kapasitas yang signifikan untuk memenuhi pertumbuhan pasar domestik yang tinggi saat ini," kata Dani.
Namun untuk pangsa pasar ekspor kurang menggembirakan. Penjualan ekspor klinker lebih rendah sebesar minus 39,1 persen menjadi 0,47 juta ton dibanding 0,77 juta ton tahun lalu. Dengan demikian, total penjualan semen pada semester pertama 2010 adalah 6,7 juta ton atau lebih tinggi 10,0 persen dibanding tahun sebelumnya 6,1 juta ton.
Apresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga memberi imbas pada biaya operasional. Menurut Dani, lebih 60 persen pembelian Perseroan dilakukan dalam dolar Amerika atau setara. Hal ini memberikan dampak positif pada kinerja
Perseroan di semester pertama 2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bersih meningkat sebesar 11,8 persen menjadi Rp 5,360 triliun sementara periode sama tahun lalu pendapatan mencapai Rp 4,795 triliun. Marjin laba kotor naik menjadi 51,7 persen dari 46,7 persen. Beban usaha naik sebesar 17,8 persen menjadi Rp 722 miliar disebabkan naiknya biaya logistik mengikuti kenaikan volume penjualan dan meningkatnya
penjualan luar Jawa. Laba usaha naik 26,0 persen menjadi Rp 2,052 triliun dan marjin laba usaha naik dari 34,0 persen menjadi 38,3 persen.
Per 30 Juni 2010, Perseroan mencatatatkan posisi kas bersih kas dan setara kas pada Rp 4,018 triliun. Belanja modal tahun 2010 diperkirakan US$ 75-80 juta, dana itu sebagai biaya pembangunan cement mills baru di Cirebon dengan kapasitas 1,5 juta ton yang akan beroperasi secara komersial pada semester 2 2010.
Indocement akan beberapa batching plant dan truk mixer yang baru untuk mendukung kinerja logistik. Sepanjang semester pertama ini, perseroan telah menghabiskan belanja modal Rp 166 miliar, lebih besar dibandingkan Rp 151 miliar periode yang sama tahun lalu.
Daniel Lavalle, Direktur Utama Indocement mengatakan dalam jangka pendek dan menengah perseroan akan fokus pada peningkatan kapasitas penggilingan semen dari fasilitas yang ada saat ini untuk menciptakan keseimbangan dengan kelebihan kapasitas klinker Perseroan yang ada. "Strategi jangka panjangnya mencapai keseimbangan antara marjin dan pertumbuhan," kata dia.
Efisiensi operasional, kata dia, juga akan tetap menjadi strategi menyeluruh. Itu diharapkan dapat menghasilkan keuntungan dan juga strategi untuk mempertahankan harga pada tingkat yang dapat mencapai pengembalian investasi yang memadai, sesuai dengan prinsip-prinsip Internal Rate of Return.
AGUS SUPRIYANTO