Menurut Baihaqi, suplai pengganti ini akan diambil dari Arun dan Bontang. “Akhir Maret ini kita sudah bisa delapan kargo,” ujarnya. Satu kargo senilai US$ 10 juta, jadi totalnya US$ 80 juta. “Dari Arun ada enam kargo, dua kargo dari Bontang,” kata dia. Karena itu setelah Juni, Bontang sudah tidak bisa menyuplai tambahan.
Ia mengingatkan bahwa kapasitas yang dimiliki Pertamina cuma tiga bulan itu mengingat kemampuan yang ada. “Dari segi hitung-hitungan duit, Pertamina ingin selambat-lambatnya sudah beroperasi bulan Juli, kalau Bontang tutup tentu kita rugi besar,” ujarnya.
Mengenai usul Menko Perekonomian Rizal Ramli bahwa untuk sementara Pertamina mengoperasikan kilang minyak milik EMOI, Baihaqi menyetujuinya jika keadaan sudah aman. “Take over itu bisa terjadi kalau menurut Pertamina keadaan sudah aman,” kata dia.
Dalam hal masalah keamanan ini, pemimpin rapat dalam dengar pendapat ini, Emir Moeis, menginginkan agar masalah ini segera selesai dan Exxon segera beroperasi. Sementara soal pengambilalihan PT Exxon oleh Pertamina, menurut Emir, hal itu tidak bisa. “Oh itu nggak boleh, itu namanya nasionalisasi,” kata Emir. Bagaimanapun juga kalau Exxon tidak bersedia sebaiknya take over tidak usah. “Tapi kalau sub kontrak itu boleh,” lanjut Emir. (Anggoro Gunawan)