TEMPO Interaktif, Jakarta:Bank Indonesia menilai Capital Maintenance Notes atau surat utang pengganti Bantuan Likuiditas Bank Indonesia merupakan bentuk pengorbanan bank sentral. Artinya bunga yang semula dijanjikan tidak dibayar lagi oleh pemerintah, kata Gubernur BI, Syahril Sabirin, sebelum mengikuti rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan DPR di gedung MPR/DPR jakarta, Rabu (5/2). Syahril mengaku tidak hapal berapa besar pengorbanan yang harus dikeluarkan BI setiap tahunnya. Bank sentral saat ini menunjukkan kerja sama yang baik dengan mendukung adanya pengganti surat utang ini. Oleh karena itu, kita beritikad baik saja, ujar dia. Tapi, menurutnya, bunga yang dijanjikan itu akan dibayar kalau BI mengalami defisit atau modalnya di bawah 5 persen dari kewajiban moneter. Jadi penambahan modal itu, sebagai pengganti pembayaran bunga (yang tidak dibayar) pada waktu itu, jelas Syahril. Besarnya, tambah dia, tergantung berapa defisit yang dialami bank sentral. Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga dapat melunasi CMN yang jatuh tempo kalau BI mengalami surplus atau modalnya melebihi 8 persen dari kewajiban moneter. Bank Indonesia menyetor ke pemerintah dan uang itu akan digunakan pemerintah untuk melunasi BLBI, kata Syahril. Syahril juga memastikan rasio kecukupan modal (CAR) bank sentral tidak akan turun di bawah 5 persen pada tahun 2004 dan 2005. jika pemerintah tidak membayar lagi bunga surat utang BLBI, kecuali BI mengalami defisi yang sangat besar. Tapi kalau tidak defisit aman-aman saja. Jadi tidak benar perkiraan seperti itu (modal BI akan turun), tandas dia. Seperti dikutip dari Koran Tempo (5/2) CAR bank sentral diperkirakan akan turun hingga dibawah lima persen pada tahun 2004 dan 2005. hal ini terjadi jika pemerintah tidak lagi membayar bunga surat utang BLBI. Menurut Dirjen Lembaga Keuangan Darmin Nasution, setiap tahunnya pemerintah memiliki beban bunga ke BI sebesar 7 sampai 8 triliun per tahun (SS Kurniawan-Tempo News Room)