TEMPO Interaktif, Jakarta:PT Indocitra Finance Tbk. berharap jika penyelesaian utangnya di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) rampung, perseroan berencana menerbitkan saham baru (right issue). Rencana ini diungkapkan Direktur Utama perusahaan Ramzy Nasroen, dalam paparan publiknya di Jakarta, Jum'at (31/1). "Setelah mekanisme pembayaran dengan BPPN selesai, perseroan akan melakukan right issue," katanya. Menurut dia, saat ini perusahaan jasa keuangan itu tengah memfokuskan usaha penyelesaian utang di BPPN senilai Rp 42 Miliar. Direncanakan utang itu akan diberikan kepada mitra strategis (strategic partner). "Baru kemudian kita bicara right issue," imbuhnya. Tujuannya, untuk kelanjutan usaha perseroan. Dalam kesempatan itu, Ramzy juga menyatakan, perseroan di tahun 2002 mengalami rugi bersih sebesar Rp 2,871 miliar. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan rugi tahun 2001 yaitu sebesar Rp 3,080 Miliar. Penyebabnya, menurut dia, kesulitan modal perseroan untuk mengembangkan usahanya. Pendapatan sepanjang tahun lalu, sebesar Rp 416 juta dari bisnis sewa guna usaha dan anjak piutangnya. Dibandingkan tahun 2001 berarti pendapatan mereka naik tipis, yang sebesar Rp 364 Juta. Kecilnya pendapatan perseroan tahun lalu karena tidak adanya ekspansi pemberian kredit, terutama anjak piutang. Sedangkan sewa guna usaha yang dipinjamkan sebesar Rp 206 juta. Ramzy mengeluhkan kualitas aktiva prodfuktif yang buruk, yaitu 98,3 persen dari portofolio utang perseroan, mengakibatkan perseroan tidak dapat mengembangkan usahanya. "Karena tidak berputarnya modal kerja," imbuhnya. Meski begitu, Ramzy optimis perusahaan bisa tetap berjalan dan tidak bakal dipailitkan. Ada beberapa mekanisme yang dapat dilakukan, seperti restrukturisasi kredit di BPPN, dan adanya mitra strategis yang akan membeli utangnya di BPPN. "Ada dua strategic partner yang serius membeli utang perusahaan di BPPN," katanya. Setelah itu, lanjut Ramzy, perseroan akan mengubah bisnisnya menjadi perusahaan investasi. Yura Syahrul --- TNR