Kuartal Satu 2010, Penerbitan SBN Ditargetkan Rp 37,6 Triliun
Rabu, 16 Desember 2009 12:33 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah mentargetkan akan menarik dana lewat penerbitan surat utang sebesar Rp 37,6 triliun pada kuartal pertama 2010. Jumlah ini lebih dari seperlima dari total target penerbitan surat berharga negara (SBN) tahun depan yang dirancang mencapai Rp 175,06 triliun.
Jika memungkinkan, pemerintah bisa menyerap lebih besar dari target indikatif tersebut sebesar maksimal 50 persen dari yang ditargetkan. Demikian yang tertuang dalam dokumen Program Obligasi Negara 2010 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Departemen Keuangan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Rahmat Waluyanto mengakui strategi penerbitan surat utang 2010 tak akan jauh berbeda dengan tahun ini, yakni dengan menarik sebesar-besarnya dana pada awal-awal tahun (front loading strategy). Tujuannya tak lain untuk menghindari ketatnya pasar pembiayaan yang diperkirakan mulai terjadi pada semester kedua 2010, terutama pada triwulan ketiga. "Dengan strategi ini kami juga bisa leluasa mendapat yield yang cukup rendah tahun depan," ujarnya, Selasa (15/12).
Demikian pula untuk penerbitan surat utang global. Dia memastikan penerbitannya akan dilakukan sebelum triwulan ketiga 2010. "Karena pada saat itu banyak korporasi dan negara untuk mencari dana untuk kebutuhan likuiditas dan defisit mereka," ungkapnya.
Seperti diberitakan, Pemerintah berencana menarik utang baru, baik dari penerbitan surat utang maupun pinjaman langsung, pada 2010 sebesar Rp 233,666 triliun. Tambahan utang itu diperlukan untuk menutup kebutuhan pembiayaan anggaran 2010 yang diperkirakan akan mencapai Rp 236,129 triliun. Kebutuhan pembiayaan ini terdiri dari defisit anggaran tahun depan sebesar Rp 98,009 triliun, utang jatuh tempo Rp 129,475 triliun yang terdiri dari pinjaman langsung dari donor asing Rp 58,843 triliun dan obligasi domestik termasuk rencana pembelian kembali Rp 70,632 triliun, serta pembayaran penerusan pinjaman dirancang sebesar Rp 8,643 triliun.
Seluruh kebutuhan itu akan ditutup dengan menerbitkan surat utang dan menarik berbagai pinjaman yang secara bruto (gross) mencapai Rp 233,666 triliun. Rinciannya, penerbitan surat utang (gross) sebesar Rp 175,061 triliun, pinjaman program Rp 24,443 triliun, pinjaman proyek Rp 33,162 triliun, dan sumber pembiayaan lain yang kemungkinan ditarik dari pinjaman perbankan Rp 1 triliun. Adapun sisa kebutuhan dana sebesar Rp 2,462 triliun akan ditutup dari sumber pembiayaan non-utang seperti dari saldo kas negara.
AGOENG WIJAYA