"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat membutuhkan sistem transportasi yang efisien dan terkelola dengan baik agar mampu bersaing dalam perekonomian dunia," kata Direktur IFC untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Karin Finkelston, di Jakarta, Kamis (10/12).
Pembiayaan ini meliputi US$ 30 juta dari IFC dengan tenor 7 tahun dan US$ 40 juta dari hasil sindikasi dengan HSBC dengan tenor 5 tahun. Dana akan dipakai untuk peningkatkan kapasitas terminal kontainer JICT di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang kini telah menangani 30 persen dari kegiatan ekspor dan impor di Indonesia.
Rencanaya, JICT akan menggunakan dana itu untuk mengembangkan layanan 1 juta kontainer (twenty equivalen unit) melaui investasi 4 Quai Cranes tambahan, 18 Rubber Tyred Gantry Cranes, 30 Head Teucks, dan Chassis serta pembangunan 12 hektar area penumpukan dengan jalan penghubung, area parkir, dan fasilitas administrasi.
Diperkirakan total investasi proyek itu mencapai US$ 160 juta. Dengan demikian, sisa kebutuhan dana US$ 90 juta akan ditutup dari kantong JICT yang merupakan perusahaan gabungan Hutchison Port Holdings dan PT Pelabuhan Indonesia II. "Ini menunjukkan komitmen kami," kata Group Executive Director Hutchison Port Holding, Jaes Tsien.
Diretur Keuangan JICT, Nano Aryono, mengatakan kajian pembiayaan proyek ini sebenarnya telah dilakukan selama 2 tahun. "Hasilnya kami menilai skema pembiayaan dari IFC inilah yang paling memungkinkan," katanya.
Penandatanganan ini dihadiri pula oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia berharap IFC terus mengembangkan skema pembiayaan laiknya dengan JICT, dana pinjaman cukup besar dan diberikan kepada perusahaan dengan profil sangat baik. Dia meminta skema pembiayaan bisa ditiru oleh pelabuhan lainnya untuk meningkatkan pelayanan.
IQBAL MUHTAROM | AGOENG WIJAYA