Benih varietas padi lokal, diperkirakan banyak yang hilang karena dikelola oleh industri besar. Sedikitnya varietas lokal yang hilang mencapai 9.000 jenis dari kurang lebih 12.000 varietas padi lokal yang dimiliki Indonesia. Hilangnya ribuan varietas padi lokal tersebut terjadi ketika lembaga penelitian padi dunia (IRRI) mengambil untuk dikembangkan menjadi varietas unggul.
"Sejak tahun l977-an, masyarakat petani sudah kesulitan menikmati padi varietas lokal gogo rancah, Bengawan, atau PB-5. Padi jenis itu sudah digantikan IR-64 yang pertumbuhannya lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, ujar Kordinator Hubungan Luar dan Program Nasional Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI) Kustiwa Adinata, seusai Ekspose Nasional Kedaulatan Pangan Berbasis Masyarakat dan Berwawasan Ekologis, Sabtu (14/6).
Pengembangan varietas unggulan yang dilakukan di Philipina itu kemudian diikuti dengan apa yang disebut revolusi hijau. Proyek tersebut tidak saja menyingkirkan benih lokal dengan benih unggulan tetapi juga dalam pengelolaannya yang harus dengan melakukan pemupukan kimia dan penggunaan pestisida. ''Ini yang kemudian membuat petani selalu tergantung pada pupuk kimia. Sementara varietas lokal lambat laun punah, dalam perkiraan kami tidak kurang dari 9.000 jenis yang hilang, tutur Kustiwa.
Selain itu, petani menjadi sangat tergantung terhadap benih produk industri. Petani, lanjut dia, sudah tidak mempunyai hak atas benih yang jumlahnya mencapai 9.000 jenis itu. Seperti apa yang dialami oleh petani Delanggu, Klaten yang dikenal dengan padi Rajalele-nya. Tetapi pada tahun 1980-an dipaksa banting setir menanam IR-64. "Jika tidak menanam jenis yang ditetapkan pemerintah, akan dituduh subversif karena mengganggu produktivitas pangan. Alasannya, Rajalele masa panennya mencapai sampai 5,5 bulan, sedangkan padi IR-64, hanya tiga bulan," tukas Kustiwa lagi.
IPPHTI berharap pemerintah segera melindungi keragaman varietas lokal yang ada. Caranya adalah dengan melahirkan benih unggul dari varietas lokal, pembuatan bank-bank benih di tingkat jaringan petani dan pengakuan terhadap varietas baru hasil penyilangan oleh petani. "Petani perlu untuk meningkatkan kemampuan untuk melestarikan, mengembangkan dan menyediakan benih serta mempertahankan keragaman varietas lokal, agar petani bisa tetap mandiri," imbuhnya lagi.
(Imron Rosyid-TNR)