"Perjanjiannya begitu, (karena) kalau Garuda membayar semua utangnya, dia tidak bisa ekspansi," ujar Direktur Manajemen Aset Bank Mandiri Abdul Rachman seusai buka bersama di Hotel Shangrila, Rabu (16/9) malam. "Makanya, hanya sebagian saja (yang dilunasi Garuda) dan sisanya ditutup pemerintah sebagai pemegang saham."
Sayangnya, ia belum bisa menyebutkan proporsi yang dibakal pemerintah maupun Garuda. Sebab, perhitungannya harus disesuaikan dengan perolehan dana dalam penawaran saham umum perdana Garuda pertengahan tahun depan. Kalau Garuda sukses menjaring dana lebih dari Rp 4 triliun, boleh jadi perusahaan penerbangan itu membayar sekitar separuh utangnya, sedangkan sisanya dilunasi pemerintah.
Abdul mengatakan pada tengah tahun 2010 posisi utang Garuda bakal mencapai Rp 3,36 triliun. Tagihan ini berasal dari utang pokok sebesar Rp 1,02 triliun dalam bentuk mandatory convertible bond dan bunga (internal rate return) 18 persen per tahun.
Ia menjelaskan, jumlah itu datang dari perhitungan utang pokok ditambah bunga sejak 2001. Dengan jumlah terutang yang lebih dari tiga kali lipat utang pokok tersebut, Bank Mandiri menyadari keterbatasan Garuda.
Abdul menuturkan, jika utang dikonversi sebagai saham sesuai perjanjian, maka porsi saham Bank Mandiri bisa mencapai 28,84 persen.
Dengan rampungnya kesepakatan penyelesaian utang, Abdul berharap Garuda bisa melaksanakan penawaran saham perdana tepat waktu. Jika Garuda masuk Bursa Efek Indonesia tak sesuai jadwal, besaran utang akan terus bertambah karena perhitungan bunganya tetap berjalan.
BUNGA MANGGIASIH