Dampak Sentimen Pilpres AS terhadap Nilai Tukar Rupiah
Reporter
Hanin Marwah
Editor
Grace gandhi
Senin, 4 November 2024 12:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, menyebut pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS) merupakan salah satu sentimen yang memiliki pengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah. Pelemahan nilai rupiah, menurut proyeksinya, akan semakin menjadi apabila Donald Trump yang nantinya memenangkan pemilihan presiden.
Amerika Serikat akan menyelenggarakan pemungutan suara pada Selasa, 5 November 2024.
“Investor mengantisipasi pilpres AS minggu depan yang apabila dimenangkan oleh Trump akan berpotensi menguatkan dolar AS lebih jauh,” tuturnya kepada Tempo melalui layanan perpesanan pada Ahad, 3 November 2024.
Saat ini, kata dia, nilai dolar AS sedang naik daun. Meskipun data ekonomi Amerika Serikat agak kurang bagus bila dilihat dari kondisi tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan, ia menyatakan investor tetap yakin dolar akan semakin kuat.
Tekanan dolar AS terhadap nilai rupiah selama satu pekan ke belakang, menurutnya, berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan melambat. Data PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada kuartal 3 (Q3) diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat (QoQ) di 1,6 persen dibandingkan 3,79 persen pada kuartal sebelumnya serta data cadangan devisa.
Kondisi ini, kata dia, membuat Bank Indonesia (BI) berpotensi untuk menurunkan suku bunga. Kalau suku bunga turun, maka besar kemungkinan nilai rupiah juga ikut turun.
Pelemahan nilai tukar rupiah berdasarkan proyeksinya ada di kisaran angka Rp 15.700 hingga Rp 15.850 per dolar AS.
Tak ubahnya dengan harga emas, yang menurut proyeksi Lukman,juga akan kembali turun apabila Donald Trump memenangkan kontestasi.
Ia mengatakan, nilai emas saat ini mendapatkan tekanan dari penguatan dolar AS yang masih akan berlanjut hingga pilpres di Negeri Paman Sam itu usai. “Apabila Trump menang, harga emas diperkirakan akan kembali turun,” katanya.
Ia menyampaikan bahwa harga emas tetap memiliki potensi untuk mengalami peningkatan meski tidak stabil. Lukman menyebut kenaikan tersebut rentan koreksi atau memiliki kemungkinan untuk kembali turun.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa waktu terbaik untuk membeli emas ketika harganya berada di level US$ 2.680 dan US$ 2.600. Sedangkan, untuk periode penjualan terbaik adalah ketika harganya mencapai level US$ 2.800 dengan optimisme bisa terus menanjak ke level US$ 3.000.
Adapun, peningkatan harga emas internasional sendiri mengalami peningkatan yang sangat besar di tahun ini. “Sekitar 30 persen," ucapnya.
Pilihan Editor: Erick Thohir Angkat Iwan Bule jadi Komisaris Utama Pertamina