Apa Itu Suku Bunga dan Dampak Kenaikannya?

Jumat, 18 Oktober 2024 22:43 WIB

Suku bunga. Mb Assosiates

TEMPO.CO, Jakarta - Suku bunga adalah salah satu faktor ekonomi yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi berbagai aspek keuangan, mulai dari biaya pinjaman, tabungan, hingga investasi.

Lantas, apa itu suku bunga, bagaimana cara kerjanya, dan apa saja dampak kenaikannya terhadap kondisi keuangan individu serta perekonomian secara keseluruhan?

Dilansir dari laman Canadian Investment Regulatory Organization, suku bunga adalah biaya yang dibebankan oleh pemberi pinjaman kepada peminjam untuk penggunaan uang selama periode waktu tertentu.

Suku bunga diukur dalam persentase dari jumlah pinjaman atau tabungan. Ketika seseorang meminjam uang, mereka akan membayar bunga sebagai imbalan atas penggunaan dana tersebut. Di sisi lain, ketika seseorang menabung uang di bank, mereka mendapatkan bunga sebagai imbalan atas uang yang disimpan.

Suku bunga bisa bersifat tetap yang berarti tidak berubah selama periode waktu tertentu atau bersifat variabel yang bisa naik atau turun sesuai dengan perubahan di pasar keuangan.

Advertising
Advertising

Salah satu dampak terbesar dari kenaikan suku bunga adalah peningkatan biaya pinjaman. Ketika suku bunga naik, bunga yang harus dibayar atas pinjaman, seperti hipotek, kredit kendaraan, kartu kredit, atau pinjaman pribadi, juga meningkat.

Akibatnya, orang yang memiliki pinjaman dengan bunga variabel mungkin harus membayar lebih banyak setiap bulannya. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan individu atau bisnis dalam mengelola keuangan mereka.

Sebagai contoh, jika seseorang memiliki pinjaman hipotek dengan bunga variabel, kenaikan suku bunga akan menyebabkan kenaikan pembayaran bulanan mereka. Jika suku bunga terus meningkat, beban finansial ini bisa menjadi semakin berat, terutama bagi mereka yang sudah memiliki utang dalam jumlah besar.

Oleh karena itu, melunasi utang lebih cepat atau mengamankan pinjaman dengan suku bunga tetap bisa menjadi langkah yang bijak untuk menghadapi kenaikan suku bunga.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga bisa memberikan keuntungan bagi mereka yang menabung. Rekening tabungan, sertifikat deposito, dan produk tabungan lainnya biasanya menawarkan bunga lebih tinggi ketika suku bunga naik. Hal ini berarti uang yang disimpan akan menghasilkan lebih banyak bunga, sehingga tabungan bisa bertambah lebih cepat.

Suku bunga juga memiliki dampak signifikan terhadap berbagai jenis investasi. Pasar saham, misalnya, cenderung mengalami penurunan ketika suku bunga naik. Hal ini disebabkan karena pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga konsumsi dan investasi bisnis bisa berkurang.

Penurunan belanja konsumen dan pengurangan investasi ini dapat menyebabkan perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan laba, yang pada akhirnya bisa membuat harga saham turun.

Sebaliknya, obligasi biasanya bergerak berlawanan arah dengan suku bunga. Ketika suku bunga naik, nilai pasar obligasi yang ada cenderung turun, karena obligasi baru yang diterbitkan menawarkan suku bunga yang lebih tinggi, membuat obligasi lama menjadi kurang menarik bagi investor.

Salah satu alasan utama di balik perubahan suku bunga adalah inflasi. Inflasi adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam perekonomian. Ketika inflasi meningkat terlalu tinggi, bank sentral, seperti Bank Indonesia, mungkin menaikkan suku bunga untuk memperlambat laju inflasi.

Kenaikan suku bunga membuat biaya meminjam uang lebih tinggi, sehingga orang cenderung mengurangi pengeluaran mereka. Penurunan permintaan barang dan jasa ini dapat membantu mengendalikan inflasi.

Namun, kenaikan suku bunga juga bisa memiliki efek samping, seperti memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan investasi. Jika dilakukan secara berlebihan, kenaikan suku bunga bisa memicu resesi, yaitu penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan.

Suku bunga juga berpengaruh terhadap perencanaan pensiun. Jika suku bunga rendah, investor mungkin kesulitan mendapatkan tingkat pengembalian yang memadai dari investasi mereka, yang dapat mempengaruhi dana pensiun yang tersedia di masa depan.

Sebaliknya, ketika suku bunga naik, pengembalian investasi dalam instrumen keuangan yang aman, seperti obligasi atau deposito berjangka, menjadi lebih menarik dan dapat memberikan stabilitas keuangan bagi mereka yang mendekati masa pensiun.

Namun, bagi mereka yang memiliki pinjaman mahasiswa atau kredit dengan suku bunga variabel, kenaikan suku bunga dapat meningkatkan beban utang, membuat pembayaran kembali menjadi lebih mahal.

Kenaikan atau penurunan suku bunga juga dapat menciptakan peluang untuk melakukan pembiayaan ulang (refinancing) pinjaman yang ada. Saat suku bunga turun, peminjam dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajukan pembiayaan ulang dengan suku bunga yang lebih rendah, sehingga mengurangi pembayaran bulanan dan biaya total pinjaman.

Sebaliknya, saat suku bunga naik, pembiayaan ulang mungkin menjadi kurang menarik karena suku bunga yang lebih tinggi. Secara umum, suku bunga sering digunakan sebagai indikator kesehatan ekonomi.

Suku bunga rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara memfasilitasi peminjaman dan pengeluaran yang lebih murah, sementara suku bunga tinggi cenderung memperlambat ekonomi dengan meningkatkan biaya pinjaman dan menurunkan konsumsi.

Bank sentral menggunakan suku bunga sebagai alat untuk mengendalikan ekonomi. Saat ekonomi sedang lesu, bank sentral dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong peminjaman dan pengeluaran.

Di sisi lain, ketika ekonomi terlalu panas dan inflasi mulai meningkat, bank sentral dapat menaikkan suku bunga untuk mengurangi permintaan dan menjaga inflasi tetap terkendali.

Jenis-jenis Suku Bunga

Ada beberapa jenis suku bunga yang perlu dipahami, terutama bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas keuangan, baik sebagai peminjam atau investor. Beberapa jenis suku bunga yang umum di antaranya:

  1. Suku Bunga Sederhana: Suku bunga ini hanya dihitung berdasarkan pokok awal pinjaman atau investasi, tanpa memperhitungkan bunga yang sudah dihasilkan sebelumnya.
  2. Contoh umum dari suku bunga sederhana adalah obligasi jangka pendek.
  3. Suku Bunga Majemuk: Suku bunga majemuk adalah bunga yang dihitung tidak hanya atas pokok awal tetapi juga atas bunga yang sudah dihasilkan. Produk seperti rekening tabungan berbunga tinggi atau obligasi jangka panjang sering menggunakan suku bunga majemuk.
  4. Suku Bunga Tetap: Dalam jenis suku bunga ini, tingkat bunga tetap konstan sepanjang periode pinjaman atau investasi. Ini memberikan kepastian bagi peminjam atau investor tentang jumlah pembayaran atau pengembalian yang akan diterima.
  5. Suku Bunga Variabel: Suku bunga ini dapat berubah sepanjang waktu, tergantung pada kondisi pasar. Ini berarti pembayaran bunga dapat naik atau turun, yang mempengaruhi biaya pinjaman atau tingkat pengembalian investasi.

CIRO.CA
Pilihan editor: Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini Diprediksi Fluktuatif Besok

Berita terkait

Pertengahan Oktober, Penyaluran KUR Dekati 80 Persen dari Target Rp 300 Triliun

8 jam lalu

Pertengahan Oktober, Penyaluran KUR Dekati 80 Persen dari Target Rp 300 Triliun

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) menyebut penyaluran program pembiayaan KUR hingga 15 Oktober hampir mencapai 80 persen dari target 2024.

Baca Selengkapnya

Tren Penguatan Rupiah Diprediksi Terus Berlanjut, Analis: Dipengaruhi Momentum Pelantikan Prabowo-Gibran

14 jam lalu

Tren Penguatan Rupiah Diprediksi Terus Berlanjut, Analis: Dipengaruhi Momentum Pelantikan Prabowo-Gibran

Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi nilai tukar rupiah akan terus menguat.

Baca Selengkapnya

Tahun Pertama Prabowo, Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi Sulit Tembus 8 Persen

1 hari lalu

Tahun Pertama Prabowo, Pertumbuhan Ekonomi Diprediksi Sulit Tembus 8 Persen

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, memprediksi pertumbuhan ekonomi sulit mencapai angka 8 persen.

Baca Selengkapnya

Momen Tepat untuk Investasi Dolar AS, Analis: Tunggu Rupiah di Bawah Rp15 Ribu

4 hari lalu

Momen Tepat untuk Investasi Dolar AS, Analis: Tunggu Rupiah di Bawah Rp15 Ribu

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menerangkan investor perlu menanti momen untuk belanja mata uang dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini, Diprediksi Fluktuatif Besok

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini, Diprediksi Fluktuatif Besok

Rupiah diprediksi bergerak fluktuatif di perdagangan besok.

Baca Selengkapnya

3 Sektor Saham Pilihan Analis di Masa Suku Bunga Rendah Akhir 2024

9 hari lalu

3 Sektor Saham Pilihan Analis di Masa Suku Bunga Rendah Akhir 2024

Analis mengungkapkan pasca BI memangkas suku bunga acuan menjadi momen peluang bagi investor jangka panjang untuk berinvestasi jangka panjang

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini, Analis Prediksi Besok Bisa Melemah di Level 15.730 per dolar AS

9 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat Sore Ini, Analis Prediksi Besok Bisa Melemah di Level 15.730 per dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutp menguat hari ini. Besok rupiah diperkirakan melemah bahkan bisa tembus Rp 15.730 per dolar AS

Baca Selengkapnya

Riset Pinhome Menunjukkan Permintaan KPR Menurun, Bagaimana Nasib Industri Properti?

10 hari lalu

Riset Pinhome Menunjukkan Permintaan KPR Menurun, Bagaimana Nasib Industri Properti?

Menyambut kuartal keempat biasanya terjadi tren penurunan KPR.

Baca Selengkapnya

Mata Uang Rupiah Anjlok 66 Poin Hari Ini, Analis Prediksi Bakal Terus Melemah hingga Besok

17 hari lalu

Mata Uang Rupiah Anjlok 66 Poin Hari Ini, Analis Prediksi Bakal Terus Melemah hingga Besok

Mata uang rupiah melemah 66 poin di level Rp 15.206 pada akhir perdagangan sore ini, Selasa 1 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan 4,25 Persen: Belum Ada Alasan Penurunan

18 hari lalu

LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan 4,25 Persen: Belum Ada Alasan Penurunan

LPS memutuskan untuk kembali mempertahankan Tingkat Bunga Penjaminan di angka 4,25 persen untuk periode 1 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025.

Baca Selengkapnya