10 Tahun Pemerintah Jokowi Gagal Atasi Ketahanan Pangan

Rabu, 16 Oktober 2024 12:57 WIB

Presiden Joko Widodo bersama Mentri ESDM Bahlil Lahadalia saat menghadiri Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto Peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis, 8 Oktober 2024. TEMPO/Muhammad Rizki Yusrial

TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Perhimpunan Indonesia Berseru, Tejo Wahyu Jatmiko, menganggap pemerintahan Joko Widodo gagal mengatasi permasalahan ketahanan pangan di Indonesia. Ia mengatakan, di periode pertama saat Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, mereka menerima berbagai usulan dari berbagai pegiat pangan, untuk mengatasi krisis pangan yang terjadi di Indonesia.

"Teman-teman masyarakat sipil yang mengurus pangan waktu itu benar-benar menganggap seperti new hope gitu, karena usulan-usulan dari pegiat pangan itu diambil semuanya," ujar Tejo ketika menyampaikan capaian Jokowi selama 10 tahun di Kopikina, Jakarta Selatan, pada Selasa, 15 Oktober 2024.

Tejo mengatakan, saat itu, Jokowi berencana menata ulang berbagai sumber agraria sebagai upaya mengatasi krisis pangan. Penataan ulang itu diperuntukkan agar masyarakat Indonesia dapat sejahtera. "Jadi yang pertama, menata ulang sumber-sumber agraria. Jadi itu bukan hanya lahan, tapi juga ada tanah, air, hutan, benih, kredit gitu, itu yang bisa menjadi sumber-sumber untuk membangun kesejahteraan," ucap dia.

Pemerintahan era Jokowi-Jusuf Kalla saat itu menurutnya masih mengikuti alur Susilo Bambang Yudhoyono dalam program kedaulatan pangan. "Jadi copy paste juga, benderanya aja kedaulatan pangan, tapi dalam pelaksanaannya ya, kalau ini memang masalah mesinnya," tutur Tejo.

Menurut Tejo, selama lima tahun pertama, program ketahanan pangan pemerintahan Jokowi tidak berfokus pada ketahanan pangan, namun hanya menekankan komoditas pangan yang terdapat di Indonesia. "Mesinnya ini masih mesin lama, di Kementerian Pertanian, dan itu orang-orang lama, jadi mereka business as usual aja. Akhirnya juga, bahwa nilainya juga merah semua, jadi artinya target-target yang dicanangkan ini baru dari segi komoditas ya," ujar dia.

Advertising
Advertising

Sementara itu, Tejo mengatakan, angka impor beras pada lima tahun pertama Jokowi memimpin masih terbilang cukup tinggi. Menurutnya, hal tersebut juga tidak dapat diselesaikan dan masih terjadi permasalahan. "Impornya ini masih berkelanjutan gitu. Beras yang menjadi program khususnya itu juga tetap saja gitu, masih bermasalah di sana," kata Tejo.

Selain itu, Tejo menganggap, produksi pangan pada lima tahun pertama pemerintahan Jokowi, dinilai tidak mensejahterakan. Alasannya, kondisi lahan pertanian Indonesia yang turut mengalami kehancuran sejak adanya impor beras. "Bisnis produksi pangan itu tidak mesejahterakan, tidak menguntungkan mereka (petani dan nelayan). Sementara di satu sisi lahan-lahan pertanian juga terus tergerus gitu," ucap dia.

SAyangnya, pada lima tahun kedua, saat Jokowi berpasangan dengan Ma'ruf Amin, kebijakan ketahanan pangan makin luput diperhatikan. "Tapi kemudian yang kedua, mungkin setelah babak belur gitu ya, diturunkan gitu. Jadi sangat jarang atau bahkan tidak pernah para pejabat Jokowi ngomong tentang kedaulatan pangan, ngomongnya diubah jadi swasembada pangan," ujar Tejo.

Menurut Tejo, jarangnya pembahasan kebijakan ketahanan pangan disebabkan pemerintahan Jokowi masih bergantung pada impor beras. Meskipun begitu, kata Tejo, kegiatan impor dalam pemerintahan Jokowi disebut sebagai swasembada pangan. "Ada yang mendefinisikan swasembada pangan itu ya, pokoknya asal di atas 50 persen, kita bisa memproduksi, itu swasembada. Nah, kalau beras masih sekitar 10 persen kita impor itu masih dianggap swasembada," tuturnya.

Tejo mengatakan, di periode kedua, Jokowi hanya mengubah sebagian kebijakan tentang ketahanan pangan. Perubahan itu, kata dia, terkait prioritas Jokowi mencari sumber pangan yang ada di laut daripada di darat. "Nah, semuanya diubah gitu, kalau kemarin darat, sekarang laut. Mungkin karena di darat pusing kemudian lebih ngomongin tentang sumber pangan laut," ucap Tejo.

Sehingga akhirnya, Tejo menilai, kebijakan yang dibuat selama 10 tahun pemerintahan Jokowi dalam hal ketahanan pangan, dianggap gagal total terutama dengan kondisi kenaikan harga pangan masih terus terjadi sampai saat ini. "Sampai sekarang kebijakan dan pilihan-pilihan yang dilakukan pemerintah itu ternyata tidak memperbaiki situasi pangan ini," tutur dia.

Pilihan editor: Prabowo Dikabarkan Bakal Memecah Kemenkop UKM, Ekonom: Lebih Didominasi Alasan Politik

Berita terkait

Jokowi Teken Nama Capim dan Dewas KPK serta Ganti Kepala BIN di Ujung Masa Jabatan

1 menit lalu

Jokowi Teken Nama Capim dan Dewas KPK serta Ganti Kepala BIN di Ujung Masa Jabatan

Di akhir masa jabatannya, Jokowi masih sibuk. Kali ini ia teken nama capim dan Dewas KPK, serta ajukan Muhammad Herindra sebagai Kepala BIN.

Baca Selengkapnya

Jokowi Mengaku Masih Ingin Kunker Sebelum Lengser

2 jam lalu

Jokowi Mengaku Masih Ingin Kunker Sebelum Lengser

Masa jabatan pemerintahan Presiden Jokowi akan berakhir dan digantikan presiden terpilih Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Meleset dari Target, Baru 16 Tower Rusun ASN di IKN yang Siap Huni Bulan Ini

3 jam lalu

Meleset dari Target, Baru 16 Tower Rusun ASN di IKN yang Siap Huni Bulan Ini

Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iwan Suprijanto mengatakan 13 dari total 47 tower rumah susun aparatur sipil negara di Ibu Kota Nusantara (IKN) sudah siap digunakan

Baca Selengkapnya

Menjelang Jokowi Lengser, BEM SI Demo di DPR

3 jam lalu

Menjelang Jokowi Lengser, BEM SI Demo di DPR

Aksi ini dilakukan untuk memperingati 10 tahun pemerintahan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Menjelang Pensiun, Jokowi Mengaku Belum Beli Tiket Pesawat ke Solo

4 jam lalu

Menjelang Pensiun, Jokowi Mengaku Belum Beli Tiket Pesawat ke Solo

Jokowi mengaku belum membeli tiket pesawat komersial untuk kepulangannya ke Solo, Jawa Tengah menjelang pensiun sebagai presiden.

Baca Selengkapnya

Berapa Jumlah Menteri Zaman Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi?

4 jam lalu

Berapa Jumlah Menteri Zaman Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Jokowi?

Jumlah menteri di kabinet Prabowo Subianto diperkirakan lebih banyak dibanding jumlah menteri di kabinet presiden Indonesia sebelum-sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Komentar Presiden Jokowi soal Kekalahan Timnas Indonesia dari Cina: Menang Kalah Itu Biasa

6 jam lalu

Komentar Presiden Jokowi soal Kekalahan Timnas Indonesia dari Cina: Menang Kalah Itu Biasa

Presiden Joko Widodo meminta Timnas Indonesia tetap semangat meski kalah dari China pada laga keempat putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya

Indikator Politik Indonesia: Survei Kepuasan Publik Terhadap Jokowi Masih Tinggi

6 jam lalu

Indikator Politik Indonesia: Survei Kepuasan Publik Terhadap Jokowi Masih Tinggi

Survei terbaru yang dirilis Indikator Politik Indonesia tercatat bahwa masih ada 75 persen masyarakat Indonesia yang mengaku puas terhadap Jokowi.

Baca Selengkapnya

Soal Pencalonan Kepala BIN Lebih Awal, Hasan Nasbi Ungkap Keinginan Prabowo

7 jam lalu

Soal Pencalonan Kepala BIN Lebih Awal, Hasan Nasbi Ungkap Keinginan Prabowo

DPR menyatakan Muhammad Herindra akan dilantik sebagai Kepala BIN bersamaan dengan pelantikan menteri.

Baca Selengkapnya

Uji Kelayakan Herindra sebagai Kepala BIN di DPR Berlangsung Tertutup

7 jam lalu

Uji Kelayakan Herindra sebagai Kepala BIN di DPR Berlangsung Tertutup

Herindra dipastikan menjadi Kepala BIN menggantikan Budi Gunawan setelah Presiden Jokowi berkirim surat ke DPR.

Baca Selengkapnya