Industri Tekstil Masih Berpeluang Besar Genjot Ekspor, Kemenperin: Bidik Pasar Eropa

Jumat, 13 September 2024 10:17 WIB

Pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di Pabrik Tekstil Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Kementerian Perindustrian menargetkan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2019 mencapai 15 miliar dollar AS atau naik 11 persen dibandingkan target pada tahun 2018. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

TEMPO.CO, Solo - Kementerian Perindustrian menilai industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional masih berpeluang besar meningkatkan lagi ekspor. Salah satu kawasan yang bisa dibidik khususnya adalah pasar Uni Eropa.

Hal tersebut disampaikan oleh Fungsional Pembina Industri Ahli Madya Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Agus Ginanjar di Solo, Jawa Tengah, Kamis, 12 September 2024.

Saat ditemui usai menjadi narasumber dalam Talk Show Menuju Era Kebangkitan Industri Tekstil dan Produk Tekstil dengan Menyiapkan SDM Kompeten dan Siap Kerja di Aula Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil (AK-Tekstil) Solo, Agus menyebutkan industri TPT masih punya peluang yang besar untuk meningkatkan ekspor ke Eropa.

"Apalagi sebentar lagi IEU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) diimplementasikan," ujar Agus.

Hal itu ditambah lagi dengan kondisi perekonomian Bangladesh yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Menurut dia, Indonesia harus segera mengambil peluang dengan meningkatkan ekspor ke pasar Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar bagi Bangladesh.

Advertising
Advertising

"Sementara pasar Bangladesh itu kebanyakan Eropa. Sebenarnya ini saatnya industri TPT nasional kita untuk bisa 'nyalip di tikungan'. Kita bisa menaikkan lagi ekspor kita, khususnya ke pasar Eropa tersebut," kata Agus.

Peluang tersebut, menurut Agus, juga didukung potensi yang dimiliki Indonesia dengan industri TPT yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Mulai dari serat, benang, kain, bahkan pakaian jadi. "Di dunia hanya tiga negara yang industri TPT-nya terintegrasi dari hulu hingga hilir, yaitu Indonesia, Tiongkok, dan India."

Ia menambahkan terkait dengan IEU CEPA, salah satu rule atau aturan dalam kerja sama itu adalah two steps process, bahwa dalam melakukan ekspor ke Eropa itu didorong untuk menggunakan bahan baku dari Indonesia. "Jadi potensinya memang besar," kata dia.

Jika harus menghadapi persaingan dengan dua negara lain yakni Tiongkok dan India, Agus berpendapat Indonesia tak melulu harus bersaing dari sisi harga. Menurutnya, ada beberapa komponen lain yang juga bisa menjadi keunggulan bagi produk Indonesia seperti kualitas, lead time, hingga pemenuhan kepatuhan sosial.

"Mungkin kalau dari efisiensi, Indonesia bisa saja kalah (bersaing) dari harga. Tapi dari faktor lain masih bisa diunggulkan. Kualitas, lead time, hingga pemenuhan social compliance, seperti isu ketenagakerjaan, lingkungan, dan lainnya, Indonesia sudah jauh lebih baik dari negara sebelah," ucap dia.

Direktur AK-Tekstil Solo, Wawan Ardi Subakdo menyatakan Indonesia sebenarnya masih punya potensi besar menjadi penghasil tekstil utama. “Saat ini kita adalah pasar tekstil utama. Kesempatan masih ada untuk menjadi penghasil tekstil utama,” katanya.

Wawan menyatakan pihaknya siap mendukung terciptanya ekosistem industri tekstil di dalam negeri. Ia mengklaim saat ini permintaan industri terhadap kebutuhan tenaga kerja lulusan AK-Tekstil selalu lebih tinggi dari kapasitas yang disediakan oleh perguruan tinggi itu.

“Dengan kompetensi andal dan kualitas bagus maka para lulusan akan menjadi bagian dari kebangkitan industri tekstil dalam negeri,” katanya.

Untuk itu, ia menilai perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan industri. Hal itu akan menjadi kunci terciptanya ekosistem dalam mendukung pertumbuhan industri tekstil ke depan. "Bahkan sektor ini bisa jadi tulang punggung ekonomi nasional yang terus tumbuh positif dan berdaya saing,” ujar dia.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Liliek Setiawan mengatakan posisi industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia sangat krusial.

“Sampai tahun 2023 industri TPT masih jadi penyumbang ekspor terbesar setelah migas. Bahkan saat Covid-19 industri TPT masih memberikan kontribusi sebesar US$ 14,22 miliar. Saat itu sektor ini menjadi jejaring pengaman sosial karena mampu menyerap sekitar 4,5 juta pekerja,” katanya.

Ia pun berharap pada tahun 2030 industri TPT bisa mencapai angka ekspor hingga 48 miliar dolar AS dengan kenaikan pangsa pasar dari 1,47 persen menjadi 5 persen. “Kami lakukan lebih moderat, kami harapkan hasilnya lebih tinggi dari target. Untuk itu perlu tambahan tenaga kerja hingga 3,9 juta lagi. Dengan peningkatan sektor tekstil tentu punya peran menyerap bonus demografi yang akan datang,” katanya.

Pilihan Editor: Hippindo Nilai Pemindahan Jalur Masuk Belum Tentu Selesaikan Masalah Impor

Berita terkait

Jumlah Korban Tewas Akibat Banjir di Eropa Bertambah

10 jam lalu

Jumlah Korban Tewas Akibat Banjir di Eropa Bertambah

Air mulai naik di sejumlah titik area baru, bahkan di Republik Cek ada korban tewas. Ini adalah musibah banjir terburuk di Eropa dalam 20 tahun.

Baca Selengkapnya

Banjir di Eropa Tengah Meluas, Polandia hingga Rumania Tergenang

1 hari lalu

Banjir di Eropa Tengah Meluas, Polandia hingga Rumania Tergenang

Eropa tengah dilanda banjir yang meluas dari Polandia hingga ke Rumania.

Baca Selengkapnya

Cara Mengetahui IMEI iPhone Terblokir dan Solusi Mengatasinya

1 hari lalu

Cara Mengetahui IMEI iPhone Terblokir dan Solusi Mengatasinya

Setelah membeli iPhone, Anda bisa memeriksa apakah IMEI iPhone terblokir atau tidak. Anda bisa mengeceknya lewat situs Kemenperin.

Baca Selengkapnya

Eropa Tengah Dilanda Bencana Banjir, Berikut Fakta-faktanya

1 hari lalu

Eropa Tengah Dilanda Bencana Banjir, Berikut Fakta-faktanya

Eropa Tengah menghadapi bencana banjir, antara lain di Polandia, Austria, Ceko. Banyak korban berjatuhan dalam bencana alam ini.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Resmikan Gedung Indonesia House Amsterdam, Promosikan RI di Eropa

1 hari lalu

Menlu Retno Resmikan Gedung Indonesia House Amsterdam, Promosikan RI di Eropa

Indonesia House Amsterdam akan menyediakan informasi lengkap tentang Indonesia di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kemendag: Trade Expo Indonesia ke-39 untuk Tingkatkan Nilai Ekspor

1 hari lalu

Kemendag: Trade Expo Indonesia ke-39 untuk Tingkatkan Nilai Ekspor

Trade Expo Indonesia akan dilaksanakan selama 4 hari tanggal 9 hingga 12 Oktober 2024 di The Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD CIty.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2024 Surplus US$ 2,90 Miliar, Surplus 52 Bulan Berturut-turut

1 hari lalu

BPS Catat Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2024 Surplus US$ 2,90 Miliar, Surplus 52 Bulan Berturut-turut

BPS mencatat Indonesia alami surplus perdagangan US$ 2,90 miliar pada Agustus 2024. Capaian ini membuat perdagangan konsisten surplus sejak Mei 2020.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Kembali Ekspor Pasir Laut, Jokowi: Sedimentasi Itu Beda, Meski Wujudnya Pasir

2 hari lalu

Pemerintah Kembali Ekspor Pasir Laut, Jokowi: Sedimentasi Itu Beda, Meski Wujudnya Pasir

Menurut Presiden Jokowi, pemerintah tidak mengekspor pasir laut, tetapi sedimentasi yang mengganggu alur jalannya kapal.

Baca Selengkapnya

Mengapa Apple Intelligence Belum Bisa Digunakan di China dan Eropa?

2 hari lalu

Mengapa Apple Intelligence Belum Bisa Digunakan di China dan Eropa?

Apple Intelligence belum bisa digunakan di China dan Eropa karena regulasi privasi ketat di kedua wilayah tersebut.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Arsjad Rasjid Optimistis Selasa Sudah Temukan Kantor Lain, Susi Pudjiastuti Menangis di X Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut

2 hari lalu

Terpopuler: Arsjad Rasjid Optimistis Selasa Sudah Temukan Kantor Lain, Susi Pudjiastuti Menangis di X Jokowi Buka Ekspor Pasir Laut

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengaku optimistis Selasa pekan depan timnya bisa menemukan tempat lain untuk berkantor.

Baca Selengkapnya