Profil Rengkuh Banyu Mahandaru, Inisiator Plepah Kenalkan Produk Kemasan dari Pelepah Pinang
Reporter
Dwi Arjanto
Editor
Dwi Arjanto
Kamis, 15 Agustus 2024 09:16 WIB
Plepah saat ini sedang membenahi alur pengumpulan bahan limbah dari masyarakat sekitar perkebunan agar terhindar dari praktik monopoli harga yang bisa merugikan tidak hanya Plepah tetapi juga petani.
Plepah mampu membuat produk ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah pelepah Pinang. Mereka juga berhasil mengajak masyarakat sekitar perkebunan pinang untuk mengumpulkan pelepah dan menjadi tambahan penghasilan bagi mereka. Selain itu Plepah tidak berhenti di situ.
Kemasan atau wadah makanan ramah lingkungan terbuat dari pelepah Pinang ini dijual seharga Rp 2.000-4.000 sebiji berupa piring, mangkok dan kontainer makanan, semuanya dengan tutupnya.
Pemasaran terbagi lokal dan ekspor. Di Indonesia sudah terbentuk kalangan yang mengutamkan produk ramah lingkungan, hotel dan restoran di beberapa kota besar. “Adapun ekspor adalah ke Jepang. Kami kirim satu kontainer memuat 240.000 pcs, yang biasanya berdasarkan order atau pesanan,” ujar Rengkuh lagi.
Bagaimana peluang ekspor ke Eropa atau Amerika? Rengkuh menyebutkan kendalanya adalah sertifikat kelayakan. Sudah berkomunikasi dan tahun kemarin sempat berpameran di Jerman. Untuk mendapatkan sertifikat harus mengundang lembaga seperti FDA atau seperti BPTekom dan total biayanya satu sertifikat US $ 20.000.
“Bedanya dengan Jepang, lebih mudah karena dengan syarat white label. Intinya bisa dinegoisasikan. Karena mereka juga sudah terbiasa dengan produk anyaman, rotan. Jadi terbuka dengan aneka wadah dari pelepah Pinang ini,” demikian Rengkuh Banyu menjelaskan.
Kini di awal 2024 mereka juga fokus mengembangkan pelet dari limbah tanaman seperti sisa pohon tebu, bonggol jagung, dan lainnya sebagai bahan bakar alternatif di PLTU untuk mengurangi ketergantungan kepada batubara.
Bahkan saat ini Plepah berfokus dalam pembuatan pelet dari sampah atau limbah sisa hasil tanamanan yang tidak dimanfaatkan lagi.
Gagasannya pelet-pelet tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar di PLTU-PLTU untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan terhadap energi batubara.
Pada akhir tahun 2022 Plepah membuka pabrik produksi kemasan di wilayah Cibinong, Jawa Barat dengan bahan baku yang didatangkan dari Jambi. Tapi belakangan dipindahkan kembali ke Jambi karena pabrik di Cibinong dialihfungsikan untuk memproduksi pellet sisa hasil tanaman untuk memasok bahan limbah pertanian untuk bio massa.
Pilihan editor: Tokoh Inspiratif Rengkuh Banyu Mahandaru: Dari Pelepah Pinang Turun ke Wadah Ramah Lingkungan