Bank Sentral Amerika Diprediksi Pangkas Suku Bunga September, Rupiah Ditutup Menguat
Reporter
Ilona Estherina
Editor
Imam Hamdi
Selasa, 30 Juli 2024 05:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah ditutup menguat ke level 16.281 per dolar Amerika Serikat, pada Senin, 29 Juli 2024. Pada penutupan perdagangan Jumat 26 Juli 2024, mata uang Indonesia parkir di level 16.304 per dolar. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi pekan depan rupiah akan fluktuatif, namun ditutup melemah.
Selain di pasar spot, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan rupiah, Senin kemarin. Kurs berada di level 16.286 per dolar pada Senin, 29 Juli 2024 atau menguat 0,05 persen dari akhir pekan lalu yakni 16.294 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan dolar melemah pada Senin kemarin. Spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika atau The Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunga mencuat. “Menurut CME Fedwatch, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan 25 basis poin pada bulan September,” ujar Ibrahim lewat pernyataan tertulis, Senin 29 Juli 2024.
Pergerakan rupiah juga dipengaruhi faktor eksternal lain. Seperti kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok menyusul serangkaian pembacaan yang lemah sepanjang Juli. Hal ini memicu aksi jual yang berkepanjangan di pasar Tiongkok.
Tidak pastinya politik AS juga membebani pasar Cina. Terutama dengan investor yang tidak yakin tentang bagaimana pemerintahan Amerika akan memperlakukan Beijing setelah pemilihan presiden.
Untuk faktor internal, Iberhim memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun 2024 diperkirakan hanya akan bergerak stabil di level 5,1 persen. Pada kuartal pertama 2024 ekonomi RI tercatat tumbuh 5,11 persen. “Ekspansi fiskal yang kuat, pembelanjaan terkait pemilu, dan investasi kemungkinan besar akan menjaga pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di atas 5,0 persen tahun ini,” ujarnya.
Namun momentum pendorong perekonomian sedikit berkurang di paruh terakhir 2024. Hal ini dikarenakan memudarnya dampak belanja pemilu dan belum pulihnya daya beli. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen yoy pada kuartal pertama, atau masih di bawah rata-rata periode sebelum COVID-19, yakni sebesar 5 persen.
“Kami berpendapat bahwa lambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor formal dapat mengurangi peningkatan konsumsi pada semester kedua,” ujarnya.
Sementara itu, World Bank atau bank dunia akan mempertahankan perkiraan inflasi rata-rata tahun 2024 sebesar 2,9 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Meskipun rupiah melemah, inflasi rata-rata adalah 2,8 persen yoy di semester awal 2024.
Rupiah kini menguat. Meski demikian, untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.270 - 16.340 per dolar AS.
Pilihan editor: Jokowi Tidak Bisa Tidur Nyenyak di IKN, Kenapa?