Bayu menjelaskan menurut survei Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika, kondisi ini tak terjadi di semua daerah. Dia menambahkan, BMKG juga tak bisa memprediksi daerah yang akan mengalami kemunduran waktu tanam. "Pengalaman 10 tahun terakhir, polanya berubah," ujarnya di sela-sela peluncuran National Single Window tahap keempat, Rabu (29/7).
Karena mundur sebulan, Bayu berpendapat kondisi ini berdampak kecil pada stok dan tingkat kenaikan produksi. Tapi tak menutup kemungkinan terjadinya dampak lebih besar di daerah yang mengalami kemunduran musim tanam.
Untuk mengantisipasinya pemerintah telah memprioritaskan kembali upaya penanganan. Bayu mengatakan saat ini pemerintah mengutamakan antisipasi ketersediaan air bersih dan mempersiapkan pemerintah daerah.
"Dana (air bersih) sudah ada di PU dan BPPT," kata dia. Dana itu, lanjutnya, di luar alokasi dana siaga yang akan diajukan kementerian perekonomian untuk mengantisipasi El Nino dalam APBN 2010.
Sementara dalam antisipasi stabilisasi pasokan pangan, Bayu mengatakan stok beras Bulog telah mencukupi yakni sekitar 1,5 juta ton. Jumlah ini jauh lebih baik dari kejadian serupa pada tahun 2005 di mana stok beras hanya 450 ribu ton.
RIEKA RAHADIANA