Rupiah Diproyeksikan Bisa Kembali ke Level 15.000 per USD Akhir Tahun, Apa Syaratnya?
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 22 Juli 2024 06:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David Sumual memproyeksikan nilai tukar rupiah bisa menguat hingga ke level Rp 15 ribu dan meninggalkan kisaran Rp16 ribu per dolar AS pada akhir 2024. Dengan catatan, terjadi penurunan suku bunga acuan yang ditetakan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) pada September 2024.
"Kalau secara global nanti akhir tahun ini Fed mulai menurunkan suku bunga. Apalagi diturunkan agresif ya, bisa saja fundamentalnya balik ke sana (Rp 15 ribu). Tapi, saat ini fundamental masih di Rp 16 ribuan," katanya kepada Tempo pada Ahad, 21 Juli 2024.
Sejauh ini, menurut David Bank Indonesia benar-benar melakukan operasi pasar, sehingga cadangan devisa sudah naik lagi. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2024 tercatat sebesar US$ 140,2 miliar, meningkat dibandingkan akhir Mei 2024 yang sebesar US$ 139 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menyebut, kenaikan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah. "Sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," katanya dalam keterangan resmi pada 5 Juli 2024.
David menambahkan, minat investor asing ke Sekuritas Rupiah BI (SRBI) juga cukup baik. Saat ini, kepemilikan asing di SRBI sudah sekitar 25 persen, lebih dari Rp800 triliun. Kondisi ini, kata dia bisa menambah cadangan devisa.
"Nah, ini membuat rupiah kita masih akan stabil sekitar Rp 16.000 sampai Rp 16.500. Memang fundamental kita sebenarnya di sekitaran Rp16 ribu, bukan Rp15 ribu lagi. Kalau lihat emerging market yang lain, semua melemah juga termasuk hard currency seperti Jepang," kata dia.
Dia menekankan, suku bunga The Fed menjadi syarat utama untuk kurs rupiah kembali ke pusaran Rp 15 ribu. Jika dolar AS masih kuat dan rupiah masih melanjutkan tren pelemahan, maka investor lebih tertarik menaruh dananya di aset dolar.
Saat ini, ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed sudah mencapai 100 persen. Suku bunga acuan diproyeksikan akan diturunkan 25 basis poin. "Sejauh ini ekspektasi masih 100 persen di September. Mungkin bisa bergeser, tergantung kondisi eksternal juga, terutama geopolitik," tutur David.
Pilihan Editor: Tim Prabowo Sebut Teka-teki Pengganti Sri Mulyani Berimbas Negatif: Siapa pun, Jangan Sok Tahu atau 'Geer'