Penerimaan di Bawah Target, Sri Mulyani Perkirakan Defisit APBN 2024 Tembus 2,7 Persen dari PDB
Reporter
Annisa Febiola
Editor
Grace gandhi
Senin, 8 Juli 2024 19:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan defisit anggaran pada 2024 sebesar 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp 609,7 triliun. Artinya, defisit 2024 diperkirakan naik dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 337,3 triliun atau 1,61 persen dari PDB. Per semester I 2024 saja, defisit APBN dilaporkan sebesar Rp 77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB.
"Kami memproyeksikan APBN 2024 akan ditutup defisit dari keseimbangan primer mencapai Rp 110,8 triliun dan defisit total mencapai Rp 609,7 triliun. Ini artinya, terjadi kenaikan defisit dari 2,29 persen ke 2,7 persen dari PDB," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan alasan mengapa defisit APBN 2024 diperkirakan menyentuh 2,7 persen. Mulai dari faktor pendapatan negara hingga pengeluaran atau belanja negara yang tidak mencapai target APBN.
"Kenaikan defisit Rp 80,8 triliun adalah kombinasi dari pendapatan negara yang tidak mencapai target maupun kontraksi yang besar, terutama di semester I," kata dia.
Pendapatan negara 2024 diperkirakan akan mencapai Rp 2.802,5 triliun atau tumbuh 0,7 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 2.783,9 triliun. Kemudian, penerimaan pajak 2024 diperkirakan mencapai Rp 1.921,9 triliun, tumbuh 2,9 persen dibandingkan tahun lalu yakni Rp 1.867,9 triliun. Namun, di bawah target APBN yakni Rp 1.988,9 triliun.
Selanjutnya: Sementara itu, penerimaan kepabeanan dan cukai 2024 diperkirakan....
<!--more-->
Sementara itu, penerimaan kepabeanan dan cukai 2024 diperkirakan sebesar Rp 296,5 triliun atau tumbuh 3,5 persen dibandingkan tahun lalu, yakni Rp 286,3 triliun. Akan tetapi, penerimaan kepabeanan dan cukai diprediksi kurang dari target APBN 2024, yaitu Rp 321 triliun.
Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diperkirakan naik 10,4 persen. Pada 2023, realisasi PNBP tercatat Rp 612,5 triliun, sementara pada 2024 diperkirakan Rp 549,1 triliun. Kemudian, penerimaan hibah pada 2024 diproyeksikan sebesar Rp 34,9 triliun.
Dia menambahkan, pemerintah akan menggunakan Sisa Anggaran Lebih atau SAL sebesar Rp 100 triliun dan penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 214,6 triliun. Keduanya digunakan untuk membiayai defisit APBN 2024 yang membengkak.
"Meskipun defisitnya naik, penerbitan SBN-nya tidak naik, malah justru lebih rendah Rp 214,6 triliun. Inilah sebetulnya kenapa tahun 2022-2023 kami mampu mengumpulkan SAL cukup besar, dipakai pada saat situasi seperti sekarang," katanya.
Kendati demikian, Sri Mulyani optimistis bahwa penerimaan negara pada semester II 2024 bisa kembali bangkit. "Kemudian kita bisa tumbuh tipis di semester II," katanya.
Pilihan Editor: Rencana Bea Masuk 7 Barang Impor, Zulhas: KPPI dan KADI Sedang Selidiki Impor 3 Tahun Terakhir