PLTU Batu Bara di Penghiliran Nikel Menuai Kritik

Reporter

Nandito Putra

Editor

Agung Sedayu

Jumat, 28 Juni 2024 07:15 WIB

Ilustrasi smelter nikel. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Transisi Bersih, Abdurahman Arum Rahman, menilai kebijakan penghiliran industri nikel yang digadang-gadang untuk mempercepat transisi energi bertolak belakang dengan program Indonesia bebas emisi 2060. Pasalnya industri hilirisasi nikel masih gunakan batu bara sebagai sumber energi utamanya.

Hal tersebut disampaikan Rahman saat memaparkan hasil riset terbaru “Transisi Bersih bertajuk Hilirisasi Nikel, Nilai Tambah Ekonomi dan Indonesia Bebas Emisi” di Jakarta, Kamis, 27 Juni 2024.

Rahman menjelaskan, saat ini pemerintah masih memberi karpet merah bagi industri penghiliran nikel untuk membangun PLTU batu bara. Sejak 2013, jumlah PLTU yang dibangun khusus untuk menyokong industri nikel meningkat pesat dari 1,4 gigawatt menjadi 10,8 gigawatt pada 2023. "Pemerintah masih akan mengizinkan pembangunan PLTU baru dalam waktu dekat dengan target 14,4 gigawatt," ujarnya.

Bila ditotal, akan ada PLTU berkapasitas 25,2 gigawatt menggunakan batu bara sebagai sumber energi industri nikel dan smelter. Jumlah itu setara 72 persen dari kapasitas total PLTU yang ada saat ini yaitu 34,8 gigawatt. Klaim pemerintah bahwa nikel bisa transisi energi terbarukan jauh panggang dari api.

“Program hilirisasi yang menggunakan energi batu bara tidak koheren dengan program bebas emisi. Ini seperti menguras air kolam, sementara pada saat yang sama mengisi kolam dengan air yang baru. Program hilirisasi dapat menggagalkan program bebas emisi yang berbiaya sangat mahal,” kata Rahman.

Advertising
Advertising

Peneliti senior Transisi Bersih, Widya Larasati, melihat peluang energi bersih dalam hilirisasi nikel akan memperkuat posisi Indonesia dalam industri nikel dunia. Dengan standar lingkungan yang tinggi, hal itu akan menggenjot biaya produksi nikel.

Widya menjelaskan bila pemerintah mencabut insentif, menggunakan energi bersih, menaikkan upah buruh, standar lingkungan hidup, dan ESG, itu mengakibatkan kenaikan biaya produksi nikel, maka pasar nikel dunia akan menyesuaikan. Terlebih saat ini 52 persen kebutuhan nikel dunia berasal dari Indonesia.

"Ini akan menaikkan nilai tambah ekonomi nikel di Indonesia. Dengan menggunakan energi bersih, hilirisasi justru akan membantu membiayai transisi energi di Indonesia," ujarnya.

Dia pun mendesak pemerintah agar mencabut insentif langsung atau tidak langsung hilirisasi nikel dan memaksimalkan standar lingkungan. Larasati mengatakan pemerintah tidak perlu takut kehilangan investasi. Dengan kebijakan tersebut nikel Indonesia bisa menjadi acuan nikel ‘bersih’ dunia.

"Dengan demikian isu negosiasi FTA (free trade agreement atau perjanjian perdagangan bebas) dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa akan dapat segera diselesaikan,” kata Widya.

Pilihan Editor: Rugi Rp 1,8 Triliun, Bos Kimia Farma Beberkan Penyebabnya

Berita terkait

Jokowi Perintahkan Luhut dan Sri Mulyani Atur Ulang Tarif Pungutan Batu Bara

1 jam lalu

Jokowi Perintahkan Luhut dan Sri Mulyani Atur Ulang Tarif Pungutan Batu Bara

Pungutan royalti sektor batu bara akan berlaku bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)

Baca Selengkapnya

Alokasikan Rp569 Triliun untuk Perubahan Iklim, Komitmen Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Masih Rendah

5 jam lalu

Alokasikan Rp569 Triliun untuk Perubahan Iklim, Komitmen Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Masih Rendah

Sejak 2016 hingga 2022, pemerintah mengalokasikan dana Rp569,3 triliun untuk kebijakan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Mengenal Smelter PT Freeport, Terbesar di Dunia

4 hari lalu

Mengenal Smelter PT Freeport, Terbesar di Dunia

Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gresik, Jawa Timur, akhirnya rampung. setelah ditargetkan selesai 2022.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah BASF dan Eramet Batalkan Rencana Investasi: Hanya Ditunda

4 hari lalu

Bahlil Bantah BASF dan Eramet Batalkan Rencana Investasi: Hanya Ditunda

Menteri Bahlil mengatakan bahwa BASF dan Eramet tidak membatalkan rencana investasi di Indonesia, namun hanya ditunda.

Baca Selengkapnya

Terkini Ekbis: BPK Sebut OJK Rugikan Negara 400 miliar, IKN Sudah Habiskan 72 triliun, dan Dua Perusahaan Tambang Batalkan Investasi Nikel

4 hari lalu

Terkini Ekbis: BPK Sebut OJK Rugikan Negara 400 miliar, IKN Sudah Habiskan 72 triliun, dan Dua Perusahaan Tambang Batalkan Investasi Nikel

Terkini Ekonomi dan Bisnis: temuan BPK soal OJK yang merugikan Negara Rp 400 miliar lalu, Sri Mulyani membeberkan IKN sudah habiskan anggaran Rp 72,5

Baca Selengkapnya

Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik Diresmikan, Airlangga: Bisa Produksi 50 Ton Emas

4 hari lalu

Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik Diresmikan, Airlangga: Bisa Produksi 50 Ton Emas

Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur resmi beroperasi hari ini, Kamis, 27 Juni 2024. Smelter ini digadang-gadang bisa memproduksi emas

Baca Selengkapnya

BASF Cabut Rencana Investasi USD 2,6 Miliar dari RI, BKPM: Kami dari Awal Terus Mengawal..

5 hari lalu

BASF Cabut Rencana Investasi USD 2,6 Miliar dari RI, BKPM: Kami dari Awal Terus Mengawal..

Kementerian Investasi mengakui BASF dan Eramet telah mencabut rencana investasi pemurnian nikel senilai USD 2,6 miliar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

PBNU Mantab Kelola IUP dari Jokowi, Pertanyakan Pihak yang 'Menajiskan' Batu Bara

5 hari lalu

PBNU Mantab Kelola IUP dari Jokowi, Pertanyakan Pihak yang 'Menajiskan' Batu Bara

Menajiskan batu bara itu tidak sesuai dengan pandangan Islam, karena ini anugerah Allah, ujar Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla.

Baca Selengkapnya

Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

5 hari lalu

Ngobrol Tempo, Kementerian ESDM: Cadangan Komoditas Mineral masih Besar

Kementerian ESDM menyebut kekayaan cadangan komoditas mineral dan batu bara masih besar.

Baca Selengkapnya

Pengamat: Pelemahan Rupiah Bisa Gerus Penerimaan Negara di Sektor Ekspor

7 hari lalu

Pengamat: Pelemahan Rupiah Bisa Gerus Penerimaan Negara di Sektor Ekspor

Ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya