Gubernur BI Yakin Cara Ini Dapat Menstabilkan Kurs Rupiah yang Terus Anjlok
Reporter
Daniel A. Fajri
Editor
Erwin Prima
Kamis, 20 Juni 2024 22:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bakal mengoptimalkan seluruh instrumen moneter untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus anjlok. Dia mengklaim mata uang RI akan segera menguat.
Perry menyampaikan hal ini usai rapat Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis sore, 20 Juni 2024.
Langkah BI itu termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI).
“Kami terus berada di pasar, berulang kali kami sampaikan, kami akan terus ada di pasar,” kata Perry. Bank Indonesia, kata dia, memiliki cadangan devisa US$ 139 miliar yang dapat digunakan saat terjadi outflow.
BI juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023.
“Kami akan koordinasikan juga dengan Kemenkeu sekuritas kami, rupiah untuk jangka pendek untuk menarik inflow, supaya outflow tak terus-terusan, dan memperkuat stabilitas rupiah,” kata Perry.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis sore, rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,40 persen atau 65 poin ke posisi Rp 16.430 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau naik 0,24 persen ke posisi 105,132.
Menanggapi makin anjloknya nilai tukar rupiah, Perry mengatakan secara fundamental mata uang RI trennya bakal menguat. Dia mengungkit inflasi Indonesia saat ini melandai di angka 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi cukup tinggi di 5,1 persen, hingga kredit meningkat ke angka 12 persen, dan imbal hasil investasi Indonesia juga baik. “Inflasi kita rendah, growth bagus, kreditnya bagus," kata Perry.
Adapun salah satu faktor penyebab melemahnya rupiah adalah Fed Fund Rate yang tidak dapat diprediksi dan kenaikan suku bunga obligasi pemerintahan Amerika 4,5 persen hingga 6 persen.
Pilihan Editor: Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Menumpuk Akibat Gangguan Server Pusat Data Nasional