FSPMI: Pesangon Karyawan Sepatu Bata sudah Dibayarkan

Reporter

Desty Luthfiani

Editor

Agung Sedayu

Kamis, 16 Mei 2024 12:06 WIB

Pabrik sepatu Bata yang sudah tutup di Desa Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat, 13 Mei 2024. Pabrik sepatu Ceko yang sudah buka di Indonesia sejak tahun 1940-an tersebut akhirnya tutup per 30 April 2024. TEMPO/Prima mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pimpinan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Cabang Purwakarta Alin Kosasih mengatakan seluruh karyawan PT Sepatu Bata Tbk alias Bata sudah selesai dibayarkan. "Pesangon sepertinya sudah beres semua. Belum ada keluhan dari karyawan," kata Alin dihubungi Tempo melalui pesan singkat pada Kamis, 16 Mei 2024.

Alin tidak menjelaskan secara detail berapa jumlah karyawan yang mendapatkan pesangon pada Rabu, 15 Mei 2024. Pemberian pesangon dilakukan 2 kali jadwal yakni Senin, 13 Mei 2024 dan Rabu, 15 Mei 2024.

Alin tidak membeberkan berapa nominal pemberian pesangon kepada masing-masing karyawan Bata dan berapa jumlah karyawan yang telah menerima pesangon. Menurutnya, besaran variasi sesuai masa kerja dan sesuai dengan aturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PMTK) sekitar Rp 30 sampai 40 juta per orang untuk 233 pekerja Bata di Purwakarta, Jawa Barat yang mengalami pemutusan hubungan kontrak (PHK) imbas perusahaan itu mengalami kebangkrutan.

Dewan Penasihat Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma melihat kebangkrutan Bata dengan perspektif sendiri. Memang salah satu penyebab suatu perusahaan ditinggal peminatnya adalah inovasi, namun Ali menduga di dalam perusahaan Bata mengalami permasalahan yang lebih besar sekedar itu.

"Ya menurut saya, tidak bisa divonis Bata itu tutup karena inovasi. Itu, kita tidak tahu sih sebenarnya tutupnya karena apa , bisa jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan inovasi, bisa jadi urusan manajemen. Saya pikir itu jauh lebih rumit," kata Ali dihubungi Tempo melalui saluran telepon pada Kamis, 16 Mei 2024.

Advertising
Advertising

Ali menyebut sebenarnya Bata bisa memposisikan diri dalam menentukan target pasarnya, terlebih perusahaan itu sudah berdiri puluhan tahun lalu dan sempat menjadi primadona pada masanya.

Pasar Bata diklaim dulunya menyasar pada kalangan menengah atas saat menjadi primadona, namun seiring berkembangnya waktu menurun ke menengah hingga bawah.

"Dulu kan awal-awal Bata nongol dengan untuk pasar menengah atas, karena belum ada saingan. Jadi orang belum tentu mampu beli sepatu Bata semuanya, pada zamannya," ucapnya.

Ali mengakui, dulu 20 tahun lalu dia sempat memiliki sepatu merek Bata. Namun untuk saat ini, dia meninggalkan merek itu karena, sepatu Bata bukan yang dia incar.

Dia menduga kebangkrutan Bata karena sasaran target pasar yang salah. Padahal manajemen seharusnya menyiapkan riset target pasar yang hendak disasar termasuk level penghasilan calon pembeli.

"Jika semuanya sudah dipelajari, dilakukan desain sesuai dengan kebutuhan, inovasinya yang harus mengikuti, tapi kunci utamanya mereka harus ikutin teknologi," ujarnya.

Permintaan pasar melihat informasi dari teknologi baru desain itu dibuat, kemudian diuji di pasar, jika minim peminatnya dibenahi lagi.

"Bisa jadi sekarang ini salah target, dibilang enggak fesyen juga masih banyak produk-produk yang lebih jelek. Bata pun enggak terlalu jelek," ujarnya.

Ali mengatakan dalam sebuah perusahaan memang diperlukan pembenahan, dia mencontohkan perusahaan tekstil terbesar sekelas Sritex saja bisa mengalami kebangkrutan. Maka perusahaan lain harus dinamis.

"Tapi ngomongin produk bisa bertahan lama harus punya DNA brand yang mengikuti masanya misal punya produk 30 tahun lalu, kita harus rebranding (memperbaharui), perbaiki target sesuai kemauan pasar dan pengaruhnya banyaknya dari sisi teknologi baik pembeli, kemudian jadi tren, kita harus ikuti itu," ujarnya.

Ali ,menduga bisa jadi penutupan cabang perusahaan Bata di Purwakarta menjadi salah satu upaya perombakan total.

"Jadi bisa saja ada strategi lain yang mereka lakukan, menurut mereka harus refreshing atau bagaimana tutup cabang dulu nanti buka lagi yang baru. Kita juga tidak tahu bisa jadi mereka yang lebih tahu," ujarnya.

Pilihan Editor: Jokowi Akan 'Cawe-cawe' Beresi Bea Cukai, Ini Deretan Masalah yang Disorot Masyarakat

Berita terkait

Cerita Karyawan Indofarma Belum Digaji Penuh sejak Awal Tahun: Tiap Bulan Deg-degan..

5 jam lalu

Cerita Karyawan Indofarma Belum Digaji Penuh sejak Awal Tahun: Tiap Bulan Deg-degan..

Karyawan Indofarma Group menuntut pihak direksi agar membayarkan gaji untuk Juni 2024 yang hingga saat ini tak kunjung dibayarkan. Ini cerita mereka.

Baca Selengkapnya

RS Haji Jakarta Bakal PHK 260 Pekerja Usai UIN Syarif Hidayatullah Rampungkan Likuidasi

1 hari lalu

RS Haji Jakarta Bakal PHK 260 Pekerja Usai UIN Syarif Hidayatullah Rampungkan Likuidasi

RS Haji Jakarta dikabarkan akan melakukan PHK terhadap sekitar 260 pekerjanya. Pemutusan itu dikabarkan melalui email para pekerja.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

4 hari lalu

Asosiasi Produsen Serat dan Benang: 21 Pabrik Tekstil dan Garmen Tutup, 150 Ribu Karyawan Kena PHK

APSyFI mencatat saat ini 21 industri tekstil di Indonesia gulung tikar. Sementara 31 pabrik terancam tutup. Ada 150 ribu karyawan kena PHK.

Baca Selengkapnya

6 Fakta Perseteruan Serikat Karyawan dengan Manajemen Garuda Indonesia

12 hari lalu

6 Fakta Perseteruan Serikat Karyawan dengan Manajemen Garuda Indonesia

Manajemen Garuda Indonesia sedang berseteru dengan karyawannya. Disinyalir situasi kerja tidak harmonis.

Baca Selengkapnya

Sekarga Sebut Ada Pemberangusan Serikat Pekerja di Garuda Indonesia

13 hari lalu

Sekarga Sebut Ada Pemberangusan Serikat Pekerja di Garuda Indonesia

Serikat Karyawan Garuda atau Sekarga menjabarkan alasan menyebut manajemen PT Garuda Indonesia melakukan pemberangusan serikat pekerja.

Baca Selengkapnya

Rapat dengan DPR, Sekarga Jabarkan Pelanggaran Garuda Indonesia terhadap Karyawan

13 hari lalu

Rapat dengan DPR, Sekarga Jabarkan Pelanggaran Garuda Indonesia terhadap Karyawan

Sekarga menyatakan PT Garuda Indonesia secara sepihak melakukan pemotongan penghasilan karyawan.

Baca Selengkapnya

Menaker Ida Fauziyah akan Sosialisasi Tapera, Federasi Serikat Pekerja Logam Sebut Pemerintah Tak Dengar Kemarahan Buruh

13 hari lalu

Menaker Ida Fauziyah akan Sosialisasi Tapera, Federasi Serikat Pekerja Logam Sebut Pemerintah Tak Dengar Kemarahan Buruh

Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronik Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) Jawa Barat mengecam pernyataan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah yang akan menyosialisasikan Tabungan Perumahan Rakyat atau Tapera melalui Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional (LKS Tripnas).

Baca Selengkapnya

Dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Dirut Garuda Indonesia, Serikat Pekerja Audiensi dan Minta Perlindungan ke DPR

13 hari lalu

Dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Dirut Garuda Indonesia, Serikat Pekerja Audiensi dan Minta Perlindungan ke DPR

Usai dilaporkan oleh Dirut Garuda Indonesia ke polisi, Sekarga bertemu dengan Komisi VI DPR pada hari ini.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Pos Indonesia Adopsi Teknologi dan Robotik, Picu PHK Massal?

16 hari lalu

Fakta-Fakta Pos Indonesia Adopsi Teknologi dan Robotik, Picu PHK Massal?

PT Pos Indonesia akan memperluas penggunaan robot untuk sortir barang, dikhawatirkan sebabkan PHK Massal.

Baca Selengkapnya

Ledakan Smelter Nikel Lagi, Jatuh Korban Lagi: K3 Disebut Tak Sejalan Investasi

18 hari lalu

Ledakan Smelter Nikel Lagi, Jatuh Korban Lagi: K3 Disebut Tak Sejalan Investasi

Perusahaan smelter nikel seharusnya belajar dari insiden ledakan yang menyebabkan 21 pekerja tewas dan luka berat pada 24 Desember 2023.

Baca Selengkapnya