Masih Pakai Kuli Panggul, Ombudsman Minta Bulog Adopsi Teknologi untuk Percepat Bongkar Muat

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Grace gandhi

Sabtu, 16 Maret 2024 17:49 WIB

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Zulkifli Hasan juga mengatakan bahwa memang ada gangguan persediaan dalam negeri. Oleh karena itu, kata dia, Bulog sudah mengimpor 2 juta ton beras pada 2023, dan mengimpor 2 juta ton lagi pada 2024. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengkritik pengiriman dan bongkar muat beras impor oleh Bulog yang terbilang lama. Bila dilihat dari sisi pasokan, kata Yeka, Bulog memiliki pasokan yang cukup. Akan tetapi, Bulog perlu berbenah untuk mempercepat proses loading, unloading hingga pengemasan beras.

"Kalau dilihat dari segi pasokan, sebetulnya beras ya ada. Namun, persoalannya adalah Bulog perlu percepatan proses loading-nya," kata Yeka usai melakukan sidak di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta pada Jumat, 15 Maret 2024.

Proses yang lebih cepat, kata dia, akan membuat beras bisa lebih cepat tersedia untuk melayani masyarakat serta para pedagang.

Setelah menyambangi langsung Gudang Perum Bulog, Yeka diberi tahu oleh pimpinan wilayah Kanwil Bulog DKI Jakarta bahwa untuk memproses 2.000 ton beras saja, butuh waktu 3 sampai 4 hari.

"Seperti tadi misalnya, untuk memenuhi 2.000 ton memerlukan waktu 3 sampai 4 hari. Tadi kita lihat juga untuk bongkar ada masyarakat, ada pedagang yang mau menyalurkan beras SPHP, ternyata untuk 30 ton perlu waktu sampai 5 jam. Bahkan, harus menginap," tutur Yeka.

Advertising
Advertising

Yeka menyarankan agar Bulog mengadopsi kecanggihan teknologi untuk mempercepat seluruh prosesnya dan memangkas waktu. Saat ini, bongkar muat beras masih dilakukan secara konvensional oleh kuli panggul.

Selanjutnya: "Ini persoalan teknologi. Jadi, harapan saya untuk memberikan pelayanan...."

<!--more-->

"Ini persoalan teknologi. Jadi, harapan saya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, Bulog ke depan harus menginvestasikan lagi teknologi untuk mempercepat loading-unloading barang."

Sejalan dengan itu, Yeka menyatakan bahwa Bulog juga mesti mempercepat proses pelayanan serta pengemasan beras. Untuk mengemas 2.000 ton beras, Bulog butuh waktu setidaknya satu bulan.

"Jadi sudah gudangnya besar, berasnya banyak, tapi packaging-nya itu kalau ditotalkan lebih kurang sekitar 2.000 ton per bulan," ucapnya.

Padahal, Gudang Bulog mampu menampung beras sampai 300 ribu ton. "Jadi, lama banget, dong. Kalau tadi kita lihat, karena di sini terbatas, Bulog akhirnya bekerja sama dengan pelaku usaha yang bisa mengemas lagi."

Menurut Yeka, hal ini hanya sebatas mengatasi jangka pendek saja. Jika membuka mata lebih luas, solusinya adalah Bulog harus berinvestasi teknologi pada proses loading, unloading hingga pengemasan beras.

"Kalau ke depan, karena ini menjadi tuntutan publik, maka Bulog harus melakukan investasi di proses packaging, juga loading-unloading barang," tuturnya.

Pilihan Editor: Menteri Zulkifli Hasan Jamin Barang Bawaan untuk Oleh-oleh Tak Bayar Bea Cukai, tapi 'Jastip' Tetap Kena

Berita terkait

Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

6 jam lalu

Terkini: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Berkomunikasi dengan Prabowo, Ombudsman Buka Suara Kasus Penipuan Deposito BTN

Staf Khusus Menteri Keuangan mengatakan Jokowi sudah memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomunikasi dengan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Kasus Penipuan Deposito BTN, Ombudsman: Bukan Kali Pertama Terjadi

14 jam lalu

Kasus Penipuan Deposito BTN, Ombudsman: Bukan Kali Pertama Terjadi

Kasus penipuan deposito BTN bukan kali pertama. Ombudsman mengungkap kasus serupa sudah terjadi dua kali di dua tahun terakhir

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

1 hari lalu

Jokowi Sebut Stok Beras Cukup untuk Antisipasi Kemarau

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

1 hari lalu

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

2 hari lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

2 hari lalu

Pemerintah Filipina Tolak Padi Beras Emas Kembali Dikurung di Laboratorium

Pengadilan baru saja mencabut izin penanaman komersial padi Beras Emas atau Golden Rice hasil rekayasa genetika di Filipina.

Baca Selengkapnya

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

3 hari lalu

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

4 hari lalu

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

4 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

5 hari lalu

Cuaca Ekstrem, Pemerintah Siapkan Impor Beras 3,6 Juta Ton

Zulkifli Hasan mengatakan impor difokuskan ke wilayah sentra non produksi guna menjaga kestabilan stok beras hingga ke depannya.

Baca Selengkapnya