Makan Siang Gratis Prabowo Butuh 6,7 Juta Ton Beras per Tahun, Harga Beras Bakal Makin Mahal?

Sabtu, 24 Februari 2024 15:41 WIB

Pekerja bersiap mengangkut beras menggunakan alat pengangkut di Pergudangan Pasar Beras Induk Cipinang, Jakarta, Rabu, 21 Februari 2024. Sebanyak 15 Juta kilogram atau 15.000 ton beras premium tersebut didistribusikan ke sejumlah toko ritel modern yang ada di Jabodetabek. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (KIBAR) Syaiful Bahari menyebut, program makan siang gratis yang digagas Prabowo-Gibran bisa mengakibatkan kekacauan pasokan beras di pasar. Akibatnya, harga beras bakal semakin mahal dan komoditas itu bisa langka di pasaran.

Pasalnya, kata Syaiful, kebutuhan beras untuk program makan siang gratis itu mencapai 6,7 juta ton per tahun. Volume beras tersebut sama dengan sepertiga produksi beras di Jawa yang rata-ratanya mencapai 20 juta ton per tahun. Padahal, Jawa adalah penyumbang beras terbesar dan sekaligus jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

"Apabila 6,7 juta ton digunakan untuk program makan gratis, dipastikan menciptakan distorsi pasokan beras di pasar, dan dampaknya membuat harga beras semakin mahal dan langka," ujar Syaiful dalam keterangannya kepada Tempo pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Dia membandingkan dengan program Bansos beras yang dilakukan pemerintah. Saat pemerintah mengambil beras yang jumlahnya tidak sampai 200 ribu ton saja, harga beras sudah bergejolak meski sudah ditopang dengan beras impor.

Apalagi, kata Syaiful, program ini akan mengambil sebagian besar produksi beras nasional. "Maka beras akan menjadi barang langka dan mahal. Jika situasi tersebut terjadi, sudah pasti andalannya adalah impor," ujar dia.

Advertising
Advertising

Selain itu, Syaiful menilai, program ini juga menciptakan diskriminasi bagi rakyat Indonesia. Dengan berbagai alasan, program pangan gratis ditujukan bagi penduduk miskin 82,9 juta ini akan mengorbankan 179 juta orang yang harus membeli beras dengan harga mahal.

"Itu namanya inkonstitusional, yaitu melindungi sekelompok warga dan mengorbankan mayoritas warga yang sama-sama mempunyai hak atas pangan murah," ucap Syaiful.

Menurut dia, program makan gratis tidak ada hubungannya dengan swasembada. Bahkan, yang akan terjadi adalah merusak struktur produksi, pasar dan harga di dalam negeri yang semakin diskriminatif.

Adapun Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN), Budiman Sudjatmiko, sebelumnya mengatakan, program makan siang dan susu gratis akan memerlukan hingga 6,7 juta ton beras per tahun, 1,2 juta ton daging ayam per tahun, 500 ribu ton daging sapi per tahun, 1 juta ton daging ikan per tahun, berbagai kebutuhan sayur mayur dan buah-buahan, hingga kebutuhan 4 juta kiloliter susu sapi segar per tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan dari program ini, pemerintah nantinya akan menggunakan konsep collaborative farming yang melibatkan industri pangan nasional. Desa juga akan diandalkan sebagai basis produksi komoditas dan bahan pangan yang dibutuhkan untuk menyediakan makan siang dan minum susu gratis. "Diperkirakan sekitar 10 ribu desa dari total 74.961 desa bisa dilibatkan memproduksi padi untuk memenuhi kebutuhan program ini," ujar Budiman.

Pilihan Editor: Makan Siang dan Susu Gratis Bakal Masuk APBN 2025, Dahnil Anzar: Prabowo Bisa Tancap Gas

Berita terkait

Pengamat Nilai Rencana Prabowo Anggarkan Rp 16 Triliun untuk IKN Berpotensi Proyek Mangkrak

2 jam lalu

Pengamat Nilai Rencana Prabowo Anggarkan Rp 16 Triliun untuk IKN Berpotensi Proyek Mangkrak

Pembangunan kota, termasuk IKN ini tidak sekadar membangun Istana Negara ataupun gedung kementerian dan rumah dinas pejabat.

Baca Selengkapnya

Maruarar Sirait Dipanggil Prabowo ke Bali Hari ini, Bahas Menteri?

14 jam lalu

Maruarar Sirait Dipanggil Prabowo ke Bali Hari ini, Bahas Menteri?

Maruarar Sirait mengklaim biasa berdiskusi membahas apapun bersama Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Ingin Ada Forum yang Satukan Prabowo, Jokowi, Mega, dan SBY

15 jam lalu

Bamsoet Ingin Ada Forum yang Satukan Prabowo, Jokowi, Mega, dan SBY

Bamsoet menilai pertemuan presiden dan mantan presiden penting dilakukan untuk menunjukkan keharmonisan antara pemimpin-pemimpin Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bamsoet dan Maruarar Gagas Rekonsiliasi Nasional, Akan Pertemukan Anies, Prabowo dan Ganjar

16 jam lalu

Bamsoet dan Maruarar Gagas Rekonsiliasi Nasional, Akan Pertemukan Anies, Prabowo dan Ganjar

Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet menyebut akan membuat acara rekonsiliasi nasional untuk mempertemukan para calon presiden pada pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

TKD Prabowo-Gibran Aceh Syukuran Kemenangan: Tidak Terlalu KO Kita

18 jam lalu

TKD Prabowo-Gibran Aceh Syukuran Kemenangan: Tidak Terlalu KO Kita

Pasangan Prabowo-Gibran mendapatkan 27 persen suara di Aceh, pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Wantim Golkar Rekomendasikan Ahmed Zaki Iskandar Jadi Bakal Cagub Jakarta, Apa Alasannya?

1 hari lalu

Wantim Golkar Rekomendasikan Ahmed Zaki Iskandar Jadi Bakal Cagub Jakarta, Apa Alasannya?

Wantim Golkar mengakui popularitas Ahmed Zaki Iskandar tak setinggi kandidat lain seperti Ridwan Kamil.

Baca Selengkapnya

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

1 hari lalu

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

Yusril meyakini Kabinet 100 Menteri di era Presiden Soekarno tak akan berulang dalam pemerintahan Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

1 hari lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

1 hari lalu

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

Dalam waktu berdekatan tiga RUU DPR mendapat sorotan publik yaitu RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Soal Isu Kementerian Bertambah Jadi 40, Yusril: Saya Belum Dengar Resmi dari Prabowo

1 hari lalu

Soal Isu Kementerian Bertambah Jadi 40, Yusril: Saya Belum Dengar Resmi dari Prabowo

Yusril Ihza Mahendra menyebut belum ada pembicaraan resmi soal wacana jumlah kementerian bertambah dalam Koalisi Indonesia Maju

Baca Selengkapnya