Ekonom: Bank Indonesia Perlu Tahan Suku Bunga pada Paruh Pertama 2024

Jumat, 9 Februari 2024 19:55 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur atau RDG BI Juli 2023 di kantornya, Jakarta Pusat pada Kamis, 24 Agustus 2023. TEMPO/Amelia Rahima Sari.

TEMPO.CO, Jakarta - DBS Macroeconomic Research Team mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) perlu mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada paruh pertama 2024.

“BI perlu mempertahankan suku bunga acuan pada paruh pertama 2024 dan menjajaki kemungkinan pemangkasan pada paruh kedua 2024,” ujar Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao, dalam keterangan tertulis, Jumat, 9 Februari 2024.

Menurut dia, seiring upaya penguatan Bank Indonesia dalam kebijakan moneter, konsolidasi fiskal juga perlu diprioritaskan.

“Defisit fiskal tahun 2023 sebagai persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan defisit terendah dalam lebih dari satu dasawarsa terakhir,” tuturnya.

Sementara DBS Macroeconomic Research Team memperkirakan defisit fiskal 2024 akan rendah, yakni -1,8 persen dari PDB. “Ini lebih rendah dari anggaran,” kata dia.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, Ekonom Senior Bloomberg Asia Tenggara, Tamara Henderson, memperkirakan Bank Indonesia akan menjadi bank sentral pertama di kawasan Asia Tenggara yang akan menurunkan suku bunga acuan.

Namun, kata Henderson, kebijakan penurunan suku bunga ini akan dilakukan setelah Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve alias The Fed menurunkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) terlebih dahulu.

“Kami memperkirakan Bank Indonesia akan menjadi salah satu bank sentral di kawasan ini (Asia Tenggara) yang memangkas suku bunga, namun tidak akan sebelum The Fed (bank sentral Amerika Serikat),” ujar Henderson melalui tayang video, dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024 di Hotel Westin, Jakarta, Rabu, 7 Februari 2024.

Menurut dia, Bank Indonesia kemungkinan akan memotong suku bunga dengan tingkat dan frekuensi yang berbeda-beda.

Di sisi lain, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan BI-Rate bisa diturunkan tanpa menunggu kebijakan The Fed menurunkan FFR terlebih dahulu.

“Kapan BI menurunkan suku bunga? Apa nungguin The Fed menurunkan suku bunga? Saya jawab, tidak selalu seperti itu,” ujar Destry dalam kesempatan yang sama.

Destry menjelaskan, kalau kondisi perekonomian domestik baik, maka Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga. “Kalau everything domestic sudah oke, kami turunkan, walaupun The Fed belum menurunkan suku bunga,” tuturnya.

Pilihan Editor: Bank Indonesia Diprediksi Pertama Pangkas Suku Bunga di ASEAN, Tak Selalu Mengekor The Fed

Berita terkait

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

1 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

1 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

2 hari lalu

Apindo Optimistis Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen Tercapai

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada tahun ini dapat tercapai.

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

2 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

2 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

3 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

4 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

4 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

7 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya