Pemerintah Klaim Bansos Tak Mungkin Dipolitisasi, Ekonom: Harus Ada Investigasi

Kamis, 25 Januari 2024 20:22 WIB

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tengah mengantri bantuan sosial (bansos) pangan di Kantor Pos Tanjung Priok, Jakarta, Selasa 19 September 2023. Sebanyak 1415 bantuan sosial (bansos) pangan berupa beras 10 kg disalurkan untuk kelurahan Tanjung Priok. Penyaluran bansos beras itu dilakukan selama tiga bulan berturut-turut dan setiap KPM akan menerima 30 kg beras. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menanggapi soal dugaan politisasi bansos menjelang Pemilu 2024. Dugaan tersebut menguat setelah beredar foto beras Bulog ditempel stiker bergambar Paslon nomor urut 2, Prabowo Gibran. Foto itu beredar di media sosial X dan menuai banyak kritik.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas Arief Prasetyo Adi mengklaim pasokan dari cadangan beras pemerintah (CBP) tak mungkin dipolitisasi. Arief berdalih beras untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan bantuan pangan sudah diberi label Bapanas dan Bulog sehingga tak mungkin disalahgunakan.

Namun, Bhima menilai labelisasi tak menjamin instrumen negara ini bebas dari penyelewengan. "Labelisasi jelas-jelas ada tulisannya Badan Pangan pun tinggal dikasih stiker juga sudah bisa menjadi bahan kampanye. Jadi harus ada investigasi," ucapnya kepada Tempo, Rabu, 24 Januari 2024.

Ia menekankan pemerintah perlu mengubah bentuk bantuan pangan atau bansos beras ini menjadi bantuan tunai. Bantuan itu, tuturnya, bisa langsung ditransfer ke rekening penerima agar tepat sasaran dan meminimalisir kecurangan.

Terlebih, menurut dia, bantuan berbentuk barang fisik memiliki potensi rasuah yang sangat besar. Bantuan pangan beras juga terbukti tak berhasil meredam kenaikan harga beras saat ini. Pasalnya, masalah harga beras disebabkan oleh biaya produksi yang naik di sisi petani.

Advertising
Advertising

Dengan demikian, program bansos atau bantuan berupa bahan pokok tidak tepat. "Sementara anggaran subsidi pupuk dan permasalahan pupuk juga belum diselesaikan. Jadi ini obat yang salah sasaran," ucap dia.

Karena itu, ia menilai tujuan bantuan pangan saat ini bukan untuk meredam kenaikan harga beras, melainkan membeli suara orang-orang miskin dengan kedok pemberian bansos. Sebab, beras Bulog yang dibeli dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) telah diklaim sebagai belas kasih atau program dari salah satu Capres.

Selanjutnya: Bulog bekerja sama dengan berbagai jaringan distributor

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Apa Itu Investasi Syariah? Simak Penjelasan Ekonom Celios

2 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Apa Itu Investasi Syariah? Simak Penjelasan Ekonom Celios

Manajer investasi usaha bidang konvensional berpatokan pada pasar bebas.

Baca Selengkapnya

Jurus Badan Pangan Nasional Dongkrak Harga Jagung, Minta Optimalkan Serap Hasil Panen Petani

1 hari lalu

Jurus Badan Pangan Nasional Dongkrak Harga Jagung, Minta Optimalkan Serap Hasil Panen Petani

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) minta Perum Bulog dan semua pemangku kepentingan di bidang pangan jagung serap hasil panen petani

Baca Selengkapnya

Alasan Demokrat Tolak Usulan Politik Uang Dilegalkan dalam Pilkada 2024

2 hari lalu

Alasan Demokrat Tolak Usulan Politik Uang Dilegalkan dalam Pilkada 2024

Partai Demokrat menolak usulan agae politik uang atau money politics dilegalkan pada Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Tanggapi Revisi RUU Penyiaran, Menkominfo: Investigasi, Masa Harus Dilarang?

3 hari lalu

Tanggapi Revisi RUU Penyiaran, Menkominfo: Investigasi, Masa Harus Dilarang?

Menkominfo Budi Arie Setiadi tanggapi revisi RUU Penyiaran yang salah satunya isinya melarang investigasi jurnalistik

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Menabung di Bank Masih Menjadi Pilihan yang Aman

3 hari lalu

Pengamat Sebut Menabung di Bank Masih Menjadi Pilihan yang Aman

Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, perbankan nasional masih menjadi tempat yang sangat aman untuk menyimpan uang.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta RUU Penyiaran yang Menuai Polemik

3 hari lalu

Fakta-fakta RUU Penyiaran yang Menuai Polemik

RUU Penyiaran yang saat ini dalam proses harmonisasi di Baleg DPR RI tersebut dianggap dapat menghambat kebebasan pers di Indonesia. Sejauh mana?

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Disanksi Kebocoran Data, Begini Posisi Perkaranya

3 hari lalu

Ketua KPU Disanksi Kebocoran Data, Begini Posisi Perkaranya

DKPP memutuskan menjatuhkan sanksi berupa peringatan kepada ketua dan jajaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas gugatan DPT yang diduga bocor.

Baca Selengkapnya

Komunitas Pers Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran: Ini Kata AMSI, AJI, IJTI, PWI, dan Konstituen Dewan Pers Lain

3 hari lalu

Komunitas Pers Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran: Ini Kata AMSI, AJI, IJTI, PWI, dan Konstituen Dewan Pers Lain

Konstituen Dewan Pers ramai-ramai tolak RUU Penyiaran yang bisa mengekang kemerdekaan pers. Apa kata AJI, PWI, IJTI, AMSI dan lainnya?

Baca Selengkapnya

Politikus PDIP Bilang Usulan Melegalkan Money Politics Pernyataan Sarkasme

4 hari lalu

Politikus PDIP Bilang Usulan Melegalkan Money Politics Pernyataan Sarkasme

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP, Hugua, meminta KPU melegalkan praktik money politics saat pemilu lewat PKPU.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

4 hari lalu

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

Jokowi memberi sinyal bahwa bansos beras akan dilanjutkan hingga akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya