Bos OJK Ungkap Kondisi Sektor Keuangan RI di Tengah Perlambatan Ekonomi Global
Reporter
Defara Dhanya Paramitha
Editor
Grace gandhi
Selasa, 9 Januari 2024 15:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dengan baik, di tengah risiko perlambatan ekonomi global.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengatakan hal ini didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.
“Sehingga diharapkan mampu menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” ujar Mahendra Siregar dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Desember pada Selasa, 9 Januari 2023.
Menurutnya, indikator perekonomian secara global menunjukkan moderasi ataupun perlambatan pertumbuhan di beberapa negara, khususnya di negara-negara Uni Eropa dan Tiongkok.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi itu, kata Mahendra Siregar, mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi Bank Sentral untuk lebih akomodatif.
Di Amerika Serikat, bank sentral AS alias The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada 2024. “Dengan pasar menilai ekonomi Amerika Serikat masih cukup resilien dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi,” tuturnya.
Selanjutnya: Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati perkembangan geopolitik....
<!--more-->
Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di Laut Merah sebagai imbas konflik Palestina dan Israel.
“Lalu, penyelanggaraan pemilihan umum yang mencakup 50 persen populasi dunia, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Taiwan, dan tentu Indonesia,” kata Mahendra Siregar.
Secara umum, sentimen ekonomi global cenderung positif pada Desember 2023, didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan narasi soft landing di Amerika Serikat, sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke emerging market (EM) dan pendekatan pasar keuangan global termasuk pasar keuangan di Indonesia.
“Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun," ucap bos OJK itu.
Untuk sentimen ekonomi di domestik, neraca dagang Indonesia tercatat surplus dan PMI manufaktur masih ekspansif, sedangkan tingkat inflasi terjaga rendah sebesar di level 2,61 persen (year on year/yoy) pada Desember 2023 dibandingkan November 2023 sebesar 2,28 persen.
"Namun begitu, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan, seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan barang ritel dan kendaraan motor," ujar Mahendra Siregar.
Pilihan Editor: Kemenhub Larang Tiga Boeing 737 MAX-9 Milik Lion Air Terbang, Ini Penjelasan Lengkap Manajemen