Pemandangan gedung bertingkat di antara kawasan Sudirman Thamrin, Jakarta, Selasa, 21 November 2023. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen year on year (yoy). Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya mencapai 5,17 persen yoy, atau lebih rendah dari yang diperkirakan. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial longgar pada tahun 2024 mendatang. Keputusan tersebut dibuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian perekonomian global.
“Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kebijakan makroprudensial longgar akan kami pertahankan tahun 2024,” kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Jakarta, Rabu 29 November 2023.
Perry merincikan, BI akan meningkatkan insentif likuiditas makroprudensial dengan memberikan insentif likuiditas perbankan sebesar Rp159 triliun dengan tambahan sekitar Rp20 triliun.
Langkah tersebut dilakukan guna mendorong pertumbuhan kredit ke sektor-sektor prioritas, seperti perumahan, minerba dan non-minerba, serta pariwisata.
Kemudian, BI juga akan menurunkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) untuk Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) mulai Desember 2023. BI juga menetapkan penambahan likuiditas perbankan mencapai Rp81 triliun.
"Penurunan rasio penyangga likuiditas makroprudensial mulai Desember 2023 ini menambah fleksibilitas likuiditas sebesar Rp81 triliun. Untuk itu, kami mohon kepada para perbankan agar menggunakannya untuk menyalurkan kredit dan juga menjaga stabilitas sistem keuangan," ujar Perry.
Lebih lanjut, Perry menyampaikan, surveillance sistemik dilakukan guna menjaga stabilitas sistem keuangan melalui koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Adapun kebijakan makroprudensial longgar itu ditetapkan dengan mengacu pada kondisi ekonomi global yang masih dihantui ketidakpastian.
"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi. Akibatnya, prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025," ujar Perry.
Ia menambahkan, akan terjadi perlambatan ekonomi global sebesar 2,8 persen pada 2024 sebelum meningkat ke 3 persen pada 2025. Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi terkena dampaknya.
"Indonesia tak terkecuali, perlu kita waspadai dan antisipasi dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional," katanya.
Gibran Hadiri Seremoni Penutupan HUT Dewan Kerajinan Nasional: UMKM Dilibatkan, Ada Ojol sampai Perias
1 hari lalu
Gibran Hadiri Seremoni Penutupan HUT Dewan Kerajinan Nasional: UMKM Dilibatkan, Ada Ojol sampai Perias
Wali Kota Solo sekaligus Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka menghadiri acara penutupan rangkaian puncak HUT ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang digelar di Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
4 hari lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen
Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan
7 hari lalu
Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan
Wamenkeu Suahasil Nazara memperkirakan suku bunga The Fed belum akan turun dalam waktu dekat, sehingga indeks dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.