Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp 15.890 per Dolar AS
Reporter
Defara Dhanya Paramitha
Editor
Grace gandhi
Senin, 30 Oktober 2023 17:58 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 48 poin ke level Rp 15.890 per dolar AS dalam perdagangan Senin sore, 30 Oktober 2023. Sebelumnya, rupiah sempat menguat 55 poin ke level Rp 15.938 per dolar AS.
“Untuk perdagangan besok, rupiah diprediksi fluktuatif tapi melemah di rentang Rp 15.870 hingga Rp 15.950 per dolar AS,” ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melalui keterangan tertulis, Senin, 30 Oktober 2023.
Menurut Ibrahim, para ekonom optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5 persen, di tengah adanya dua konflik geopolitik yang membuat dinamika global masih diterpa ketidakpastian.
“Belum usai konflik antara Rusia-Ukraina, dunia saat ini mengalami turbulensi kembali. Serangan Hamas ke Israel memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah,” tuturnya.
Ditambah lagi, saat ini Indonesia sedang berada di tahun politik, di mana tahun ini akan mendorong belanja masyarakat. “Para ekonom mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Ibrahim.
Selanjutnya: Adapun Ibrahim mengatakan 50 persen dari pertumbuhan ekonomi....
<!--more-->
Adapun Ibrahim mengatakan 50 persen dari pertumbuhan ekonomi itu berasal dari konsumsi rumah tangga, investasi, serta ekspor dan impor. “Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas,” kata pengamat rupiah itu.
Saat ini, menurutnya, negara-negara luar sedang mengalami permasalahan inflasi. Bahkan, data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9 persen pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3 persen.
Konflik di Timur Tengah yang masih memanas hingga saat ini mengganggu pasokan energi dan pangan. Hal ini kemudian berujung pada naiknya harga minyak dan komoditi.
Ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan China. Saat ini Amerika berada pada tekanan inflasi, sehingga memaksa The Fed harus menahan daya beli masyarakat. Namun, di sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar.
Sementara China saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan. “IMF juga melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme dikarenakan pressure inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global,” kata Ibrahim.
Pilihan Editor: QR Code Tiket Kereta Cepat Whoosh Tak Bisa Digunakan Lagi jika Penumpang Cetak Tiket Fisik