India Batasi Ekspor Beras ke Seluruh Dunia, Ini Alasannya

Rabu, 13 September 2023 19:50 WIB

ilustrasi beras

TEMPO.CO, Jakarta - India dikenal sebagai jago ekspor beras terbesar di dunia dalam 10 tahun terakhir. Sebelumnya, akibat hasil panen dan produksi yang buruk dari tahun ke tahun, membuat India menjadi pengimpor beras selama sebagian besar tahun 1960 dan awal tahun 1970.

Lalu, akhir tahun 1970, India telah mencapai swasembada beras dan pada awal tahun 2000 telah menjadi negara yang rajin ekspor beras. Sejak 2010, produksi beras di India telah meningkat sebesar 40% atau lebih dari 40 juta ton, menjadi total 136 juta ton.

Hal tersebut menjadikan India sebagai produsen beras terbesar kedua setelah Tiongkok yang berjumlah 146 juta ton. Akhirnya, ekspor India pada periode yang sama meningkat sebesar 20 juta ton.

Faktanya, beras menjadi salah satu makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi di dunia dan menyumbang konsumsi kalori yang besar di banyak negara, khususnya di Asia Selatan dan Tenggara serta di beberapa negara di Afrika.

Misalnya, di Asia porsi konsumsi nasi terhadap total asupan kalori per hari di beberapa negara konsumen terbesar termasuk Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Indonesia, Myanmar, Nepal, Thailand, Filipina, dan Sri Lanka.

Advertising
Advertising

Asupan tersebut berkisar antara 40 % hingga 67%, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Selain itu, banyak dari negara-negara tersebut termasuk Bangladesh, Bhutan, Tiongkok, Sri Lanka, dan Nepal untuk mengimpor sebagian besar beras mereka dari India.

Alasan India setop jumlah ekspor beras

Pada 20 Juli 2023, India mengumumkan akan membatasi ekspor beras non-basmati untuk menjadikan harga beras dalam negeri kembali stabil. Harga beras di India sebelumnya telah meningkat lebih dari 30% sejak Oktober 2022. Pembatasan tersebut juga menghentikan penjualan gandum ke luar negeri dan diperkirakan mencakup sekitar 75%-80% ekspor beras India.

Pembatasan tersebut menjadi pukulan terhadap pasar beras global yang harganya telah meningkat sebesar 15%-20% sejak September 2022. Hal tersebut terjadi setelah periode yang relatif stabil pada awal 2022. Bahkan, ketika harga sereal lainnya melonjak karena jatuhnya harga beras karena perang Rusia-Ukraina.

Selama 15 tahun terakhir, India telah menjadi eksportir beras terbesar di dunia. India telah menyumbang 40% dari ekspor beras global pada tahun hingga tahun 2023, sehingga tindakan pembatasan yang dilakukan akan berdampak besar pada pasar beras global.

Langkah India saat ini dengan menambah pembatasan ekspor beras yang sebelumnya lebih terbatas.

Pada 2022, India menerapkan larangan ekspor beras pecah dan mengenakan tarif tambahan sebesar 20% untuk ekspor beras non-basmati. Namun ekspor beras India masih mencapai rekor tertinggi yakni 22,3 juta metrik ton.

Pembatasan yang dibuat India ini mungkin akan menyebabkan angka tersebut menurun, sehingga menimbulkan resiko harga global yang lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan kekurangan pangan.

Berdasarkan data IFPRI, menunjukkan bahwa India sering menerapkan tindakan pengendalian ekspor selama tejadi harga besar di pasar global meningkat. Selama krisis harga pangan pada tahun 2007-2008 dan 2010-2011, India melarang ekspor beras, sebagian besar beras non-basmati, untuk jangka waktu yang lama.

Ketika pasar global terganggu oleh invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022, India pada awalnya membuat pembatasan ekspor gandum, karena takut akan inflasi dalam negeri dan meningkatnya permintaan impor dari seluruh dunia.

Selain itu, India juga membatasi ekspor beras pecah 5% dan 20% pungutan ekspor atas beras yang belum digiling dan beras yang sudah dikupas. Hal ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga tahun ini.

Selain itu, India juga melakukan antisipasi terjadinya El Nino. El Nino tentu menurunkan produksi beras di India dan negara-negara lain di Asia Selatan dan Tenggara. Kemudian, hasil panen beras yang normal akan secara signifikan mengurangi tekanan di India untuk mempertahankan larangan ekspor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Namun, buruknya hasil panen padi di India dan eksportir besar lainnya seperti Thailand dan Vietnam bisa menurunkan pasokan pasar dunia, sehingga memperkuat alasan di balik pembatasan tersebut.

Dampak beleid India

Larangan ekspor gandum yang diberlakukan India tahun 2022 lalu memicu lonjakan harga gandum global. Ekspor gandum India pada 2022 mencapai rekor tertinggi, meskipun volumenya menurun drastis pada akhir tahun.

Jika India terus mengizinkan penjualan beras non-basmati ke negara-negara tetangga, atau jika pelarangan ekspor beras tersebut hanya bersifat sementara, maka dampaknya terhadap pasar mungkin akan terbatas. Namun pembatasan yang ketat bahkan pelarangan dapat berdampak besar bagi negara-negara yang saat ini bergantung pada impor beras dari India.

IFPRI
Pilihan editor: India Larang Ekspor Beras, Ekonom: Volume Beras Global Turun Hingga 11 Juta Ton

Berita terkait

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

1 jam lalu

Rekap Hasil Thailand Open 2024: Tuan Rumah Juara Umum dengan 2 Gelar, Wakil Indonesia Jadi Runner-up

Tuan rumah jadi juara umum dengan dua gelar di Thailand Open 2024, tiga gelar lainnya diraih Cina, India, dan Malaysia.

Baca Selengkapnya

Traveling ke India Coba Aktivitas Seru Mengamati Bintang

1 hari lalu

Traveling ke India Coba Aktivitas Seru Mengamati Bintang

Aktivitas seru yang dikenal dengan istilah stargazing juga bisa didapatkan di India

Baca Selengkapnya

8 Destinasi Slow Travel di Asia Termasuk di Indonesia

1 hari lalu

8 Destinasi Slow Travel di Asia Termasuk di Indonesia

Slow travel memungkinkan wisatawan merasakan budaya lokal dan menjauh dari keramaian

Baca Selengkapnya

Intrik di Rumah Bordil, Sinopsis dan Daftar Pemeran dalam Serial India Heeramandi: The Diamond Bazaar

2 hari lalu

Intrik di Rumah Bordil, Sinopsis dan Daftar Pemeran dalam Serial India Heeramandi: The Diamond Bazaar

Serial India Heeramandi: The Diamond Bazaar yang sudah tayang di Netflix memiliki alur kompleks dan menampilkan aktor serta aktris ternama.

Baca Selengkapnya

Teaser Baru Vivo Y200 Pro Muncul di India, Miliki Desain Ramping dengan Layar Lengkung 3D

2 hari lalu

Teaser Baru Vivo Y200 Pro Muncul di India, Miliki Desain Ramping dengan Layar Lengkung 3D

Teaser menampilkan Vivo Y200 Pro yang memiliki bodi ramping dan layar melengkung.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

3 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

4 hari lalu

Pemerintah Belum Bahas Kelanjutan Program Bansos Beras 10 Kg, Airlangga: Harga Beras Mulai Turun

Jokowi memberi sinyal bahwa bansos beras akan dilanjutkan hingga akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

5 hari lalu

14 Orang Tewas Tertimpa Papan Reklame di Mumbai saat Badai Petir

Papan reklame tersebut roboh menimpa beberapa rumah dan sebuah pompa bensin di Mumbai, India akibat angin kencang dan hujan deras

Baca Selengkapnya

Sebut Stok Aman Menjelang Idul Adha, Jokowi Tak Khawatir Harga Naik

5 hari lalu

Sebut Stok Aman Menjelang Idul Adha, Jokowi Tak Khawatir Harga Naik

Presiden Joko Widodo atau Jokowi optimistis tidak ada lonjakan harga bahan pokok menjelang Idul Adha karena stok pangan aman.

Baca Selengkapnya

Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

5 hari lalu

Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

Sebelum membuat motor, Royal Enfield memproduksi sejumlah produk di bawah tanah

Baca Selengkapnya