Bupati dan Ketua DPRD Belitung Dituding Ikut Provokasi Masyarakat Anarkis di Kantor Perusahaan Sawit Sinar Mas
Reporter
Servio Maranda
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 29 Agustus 2023 09:25 WIB
TEMPO.CO, Pangkalpinang - Kasus tindakan anarkis masyarakat yang berujung aksi pengrusakan dan pembakaran aset perusahaan perkebunan kelapa sawit Grup Sinar Mas, PT Foresta Lestari Dwikarya turut menyeret nama Bupati Belitung Sahani Saleh dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Belitung Ansori.
Tudingan adanya keterlibatan memprovokasi masyarakat yang dilakukan Sahani Saleh dan Ansori disampaikan langsung oleh pengacara 11 tersangka kasus tersebut yang bernama Wandi.
"Saat aksi demontrasi berlangsung, Sanem (panggilan Sahani Saleh) pernah mengatakan di depan masyarakat untuk memotong pohon sawit perusahaan dengan chainsaw. Bahkan dia siap untuk memimpin. Begitu juga Ansori dalam pesan WhatsApp kepada Martoni Korlap aksi mengatakan hajar saja," ujar Wandi kepada wartawan di Pangkalpinang, Senin Sore, 28 Agustus 2023.
Apa yang dikatakan Sahani Saleh dan Ansori itu, kata Wandi, turut mempengaruhi psikologis masyarakat yang memang sudah sangat kesal karena merasa dirugikan pihak perusahaan."Kita punya rekaman soal pernyataan itu. Pernyataan itu bahkan sudah dimuat di media massa. Statement itu bahkan belum ditarik oleh keduanya hingga saat ini," ujar dia.
Selain 11 orang tersangka ditangkap, kata Wandi, kepolisian juga seharusnya memeriksa Sahani Saleh dan Ansori terkait pernyataan yang dinilai memprovokasi masyarakat itu.
"Seharusnya mereka dulu yang ditarik polisi. Dengan pernyataan seperti itu masyarakat secara psikologis merasa punya dukungan untuk berbuat anarkis. Dengan mereka melakukan itu, seharusnya tanggung jawab ada di Bupati dan Ketua DPRD," ujar dia.
Wandi menuturkan ke-11 tersangka yang ditangkap dan ditahan di sel tahanan Polda Bangka Belitung itu akan didampingi oleh sembilan orang pengacara yang rela memberi pembelaan tanpa dibayar.
Selanjutnya: Ajukan penangguhan penahanan<!--more-->
"Saat ini kita sudah menyampaikan surat permohonan penangguhan penahanan yang ditujukan ke Polres Belitung. Sudah kita sampaikan Sabtu tanggal 26 Agustus 2023 lalu. Namun hingga saat ini kita belum diberikan jawaban oleh penyidik apakah usulan itu diterima atau tidak," ujar dia.
Menurut Wandi, aksi anarkis yang spontan dilakukan masyarakat seharusnya tidak terjadi jika tidak ada provokasi dari pihak perusahaan. Manager PT Foresta Lestari Dwikarya yang bernama Aswin, kata dia, memaksakan kehendak dengan memberi perintah pemanenan buah sawit yang berada diluar izin Hak Guna Usaha (HGU).
"Sebelumnya sudah ada kesepakatan antar masyarakat dan perusahaan bahwa pohon sawit di lahan seluas 100 hektar tidak dipanen terlebih dahulu sebelum ada titik terang antara masyarakat tujuh desa dengan pihak perusahaan," ujar dia.
Ketua DPRD Belitung Ansori tidak membantah soal kata hajar dalam percakapan WhatsApp dengan korlap aksi masyarakat bernama Martoni yang turut menjadi tersangka dalam kasus pembakaran tersebut.
"Itu seharusnya dilihat kapan saya WA dengan kata hajar-hajar itu. Hajar itu bahasa kita disini dalam arti kata lanjutkan atau silakan. Bukan berarti memprovokasi mereka," ujar dia.
Dikatakan Ansori, percakapan WhatsApp dengan Martoni tersebut terjadi sebelum peristiwa anarkis terjadi. Masyarakat yang dipimpin Martoni, kata dia, sudah beberapa kali melakukan aksi demontrasi.
"Martoni sebelum aksi selalu memberitahu saya. Saya jawab oke atau lanjut saja. Disitulah bahasa saya kadang kadang saya balas kata oke. Kadang nanya bagaimana pendapat saya dan saya bilang lanjut. Jadi biasalah bahasa kita. Memang saya WA hajar-hajar saja. Bukan berarti menghajar itu," ujar dia.
Ansori mengaku semua percakapan dia dengan Martoni bisa dilihat bersama. Dia juga mengatakan sudah menekankan masyarakat untuk tidak bertindak anarkis.
Selanjutnya: Pesan WhatsApp pribadi bukan dengan masyarakat<!--more-->
"Itu WA pribadi dengan Martoni dan bukan dengan masyarakat. Bisa di-cross check. Tidak ada bahasa lain. Biasalah bahasa kampung. Tidak ada hajar rumah atau mobil. Mungkin ditanggapi lain oleh masyarakat. Sama juga dengan bahasa tebang Bupati. Mereka tidak tahu tebang seperti apa atau di lahan apa. Kita terima saja karena itu tidak ada yang salah," ujar dia.
Ansori menyebutkan jika secara kelembagaan pihaknya telah memberi ruang kepada masyarakat dan memfasilitasi semua aspirasi yang disampaikan. Gejolak yang timbul, kata dia, disebabkan adanya ketidaksabaran ditengah masyarakat.
"Sebenarnya ini butuh kesabaran. Proses berjalan dan sudah kita fasilitasi semua oleh DPRD dan Pemda Belitung. Tapikan tidak segampang itu bisa langsung besok selesai. Kita ini pemerintahan. Tidak semudah yang mereka harapkan. Kita terbuka. Tapi kalau bakar membakar siapa yang suruh. Itu spontanitas. Izin demo juga tidak ada," ujar dia.
Sementara Bupati Belitung Sahani Saleh belum merespons upaya konfirmasi Tempo terkait tudingan soal memprovokasi masyarakat tersebut. Upaya konfirmasi melalui pesan WhatsApp dan sambungan telepon belum mendapat respon dari Sahani Saleh.
Dugaan memprovokasi warga yang dilakukan Sahani Saleh terjadi demonstrasi di Kantor Bupati pada 10 Juli 2023. Saat berlangsung aksi demo, Sahani Saleh mengajak masyarakat membawa chainsaw dan memotong pohon sawit perusahaan 20 persen plasma tidak dipenuhi.
Pilihan Editor: Hadapi El Nino, Gabungan Pengusaha Sawit Melakukan Modifikasi Cuaca di Kalimantan Tengah