Asosiasi Monogastrik Sebut Populasi Babi di Indonesia Menyusut Drastis Akibat Virus Demam Afrika

Rabu, 28 Juni 2023 22:23 WIB

Petugas gabungan menyeret bangkai babi mengunakan perahu di aliran Sungai Bederah, untuk dikubur, di Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara, Selasa 12 November 2019. Sedikitnya 5.800 ekor babi mati diduga akibat wabah virus Hog Kolera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika di 11 kabupaten/kota di Sumut. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan peternak babi yang terhimpun dalam Asosiasi Monogastrik Indonesia atau AMI mendesak pemerintah segera mengantisipasi meluasnya penyakit ternak African Swine Fever (ASF) atau Virus Demam Babi Afrika yang membuat populasi ternak menyusut drastis.

Penyakit demam babi Afrika yang muncul sebelum Covid-19 melanda pada 2019 silam, selama tiga tahun terakhir disebut telah membunuh belasan juta babi para peternak di tanah air.

Babi para peternak yang terserang penyakit itu mati mendadak hingga menyebabkan peternak tak bisa menjualnya dan merugi.

"Sejak 2020 hingga pertengahan 2023 ini, dari populasi 15 juta ekor babi ternak di Indonesia kini tinggal 3 juta ekor saja," kata Ketua Asosiasi Monogastrik Indonesia Sauland Sinaga dalam forum yang diikuti puluhan peternak berbagai wilayah di Yogyakarta Rabu, 28 Juni 2023.

Sauland menuturkan meski pengkonsumsi babi di Indonesia sangat terbatas, namun saat ini ada 1,8 juta peternak menggantungkan hidupnya disitu.

Advertising
Advertising

Terutama yang tersebar di Sumatera Utara, Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua, Jawa dan Kalimantan.

"Sampai 2023 ini, tinggal Papua saja yang belum terdampak virus ini, mungkin karena distribusinya lebih terbatas, tapi lama lama bisa merembet ke sana karena daerah lain di Indonesia sudah terkena," kata Sauland.

Asosiasi pun mendesak pemerintah bisa membantu kalangan peternak menghadapi penyakit ternak mematikan itu. Salah satunya lewat vaksinasi seperti yang belakangan digencarkan di sejumlah negara Asia Tenggara atau Asean.

Sebab para peternak di Indonesia, sejauh ini hanya bisa bertahan mengobati ternak yang terserang dengan obat sejenis serum hingga biosekuriti. Bukan vaksin yang dinilai lebih efektif menangkalnya dalam jangka waktu lebih lama.

Dari komunikasi dengan asosiasi peternak di Asia Tenggara, kata Sauland, saat ini kalangan peternak seperti Filipina juga Malaysia relatif bisa bertahan melawan penyakit itu dengan vaksin ASF yang dikembangkan oleh Vietnam.

"Namun saat ini vaksin Vietnam itu belum bisa masuk Indonesia, masih ada sejumlah prosedur yang harus dilalui," kata dia.

Sauland mengungkap untuk mengembalikan populasi babi seperti sediakala dengan melawan penyakit itu melalui vaksinasi, butuh waktu sekitar lima tahun.

Dalam forum itu, Direktur Utama PT. Putra Perkasa Genetika Renaldy Anggada selaku satu pihak yang ditunjuk produsen vaksin ASF Vietnam sebagai distributor di Indonesia mengatakan, distribusi vaksin babi itu di Indonesia masih butuh sejumlah proses yang dilalui.

"Vaksin itu kan tergolong produk GMO atau produk rekayasa genetika, jadi prosesnya musti ada ijin dari dua kementerian yakni Kementerian Pertanian dan KLHK( Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," kata dia.

Saat ini, kata Renaldy, proses perijinan vaksin itu di Kementerian Pertanian sendiri disebut sudah selesai. "Sekarang tinggal menunggu proses di KLHK," kata dia.

Pilihan Editor: Viral Hewan Diduga Babi Ngepet di Mekarjaya Depok, Sudah Tiga Kali Menampakkan Diri

Berita terkait

Raja Salman Demam Tinggi dan Nyeri Sendi, Akan Jalani Tes Medis

1 hari lalu

Raja Salman Demam Tinggi dan Nyeri Sendi, Akan Jalani Tes Medis

Raja Salman dari Arab Saudi mengalami demam tinggi dan akan menjalani pemeriksaan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

2 hari lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Pria Penerima Ginjal Babi Pertama di Dunia Akhirnya Meninggal

8 hari lalu

Pria Penerima Ginjal Babi Pertama di Dunia Akhirnya Meninggal

Seorang pria penerima transplantasi ginjal babi pertama di dunia meninggal setelah dua bulan operasi pencangkokan. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

12 hari lalu

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

Mungkin masih sedikit yang mengenal Guinea di bagian barat Afrika, dengan kota terbesarnya adalah Conakry. Ini 5 destinasi wisata unggulannya.

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

13 hari lalu

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Kawanan Beruang Jarah Sarang Madu di Aceh, Peternak Rugi Lebih dari Rp 100 Juta

13 hari lalu

Kawanan Beruang Jarah Sarang Madu di Aceh, Peternak Rugi Lebih dari Rp 100 Juta

Kawanan tiga beruang dilaporkan merusak puluhan sarang madu dari kayu di Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, dalam sepekan terakhir

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

15 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

17 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

19 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

20 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya