Beda Data Angka Kemiskinan Ekstrem RI dan Bank Dunia, Ekonom: 0 Persen pada 2024 Tidak Mudah

Kamis, 8 Juni 2023 12:16 WIB

Aktivitas warga yang tinggal di pemukiman padat pinggiran kali kawasan Kebon Kacang, Jakarta, Selasa, 30 Mei 2023. Pada 30 Mei 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia semakin menurun setelah masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak orang yang kehilangan pekerjaan. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono menjelaskan bahwa angka kemiskinan di Indonesia sebesar 17,7 persen pada tahun 2022. Angka tersebut berdasarkan ukuran kemiskinan internasional Bank Dunia (World Bank) berdasarkan US$ purchasing power parity (PPP) yakni US$ 3,2 PPP sebagai batas poverty.

Saat ini Indonesia menggunakan ukuran US$ 1,9 PPP untuk kemiskinan ekstrem yang angkanya 1,5 persen pada 2022 dan menargetkan 0 persen pada 2024. Padahal, kata Yusuf, Bank Dunia sudah memberikan saran kepada pemerintah, untuk evaluasi kinerja penanggulangan kemiskinan yang lebih baik, agar tidak lagi menggunakan ukuran US$ 1,9 PPP, namun menggunakan ukuran US 3,2 PPP.

“Dengan ukuran extreme poverty US$ 1,9 PPP, angka kemiskinan hanya 1,5 persen. Namun, dalam perhitungan IDEAS, dengan ukuran poverty US$ 3,20 PPP, angka kemiskinan melonjak menjadi 17,7 persen,” ujar dia saat dihubungi pada Rabu, 7 Juni 2023.

Yusuf menilai, pemerintah terlihat resisten dengan usulan Bank Dunia ini, dengan alasan utama karena menyebabkan jumlah penduduk miskin akan bertambah signifikan. “Secara politik hal ini tentu tidak menguntungkan bagi penguasa, terlebih menjelang pemilu,” kata Yusuf.

Sementara, ukuran kemiskinan resmi di Indonesia, Badan Pusat Statistik atau BPS menggunakan ukuran kemiskinan nasional. Selama ini data kemiskinan dari BPS inilah yang selalu dipublikasikan pemerintah secara luas, yang rutin dikeluarkan berdasarkan survei setiap 6 bulan yaitu Susenas.

Advertising
Advertising

Pada September 2022, angka kemiskinan nasional versi BPS mencapai 9,6 persen. “Pada prakteknya, ukuran kemiskinan US$ 3,2 PPP sesuai rekomendasi dari Bank Dunia lebih relevan, yang menghasilkan angka kemiskinan sekitar 18 persen, dan akan berimplikasi penting bagi strategi pertumbuhan yang lebih inklusif,” tutur dia.

Yusuf pun mencontohkan, misalnya untuk implementasi kebijakan perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan, pemerintah menggunakan data kemiskinan "mikro”. Data tersebut berbeda dari data kemiskinan "makro" dari BPS, yaitu DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) yang berisi data sekitar 35 persen keluarga termiskin.

Selanjutnya: “Angka ini kurang lebih setara 95 juta penduduk..."

<!--more-->

“Angka ini kurang lebih setara 95 juta penduduk, sekitar 4 kali lipat dari angka kemiskinan resmi dari BPS,” kata Yusuf.

Dengan kata lain, pemerintah sebenarnya meyakini bahwa kenyataannya, jumlah penduduk yang harus dilindungi dengan bantuan sosial dan dientaskan dari kemiskinan adalah 35 persen. Jauh lebih tinggi dari angka kemiskinan resmi yang di kisaran 10 persen.

Kemiskinan riil yang kita hadapi tercermin pada jumlah penerima bantuan sosial yaitu sekitar 35 persen keluarga terbawah, sekitar 95 juta orang. “Inilah yang merupakan kelompok miskin yang sesungguhnya,” ujar dia.

Seharusnya angka kemiskinan mikro inilah yang harus lebih dipublikasikan oleh pemerintah secara luas dan menjadi basis strategi pembangunan yang lebih inklusif. Karena menjadi tidak relevan bagi pemerintah jika berkeras dan berbangga dengan target angka kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2024.

“Realitas kita hari ini adalah bagaimana melindungi 35 persen penduduk miskin di lapis terbawah,” tutur dia.

Menurut Yusuf, jika pemerintah berkeras dengan target kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2024, meski tidak kredibel karena menggunakan ukuran kemiskinan yang terlalu rendah, target ini tetap tidak akan mudah diraih. Meski angka kemiskinan ekstrem pada 2022 diklaim pemerintah sudah berada di kisaran 2 persen. “Namun menurut saya untuk menuju 0 persen pada 2024 tetap tidak akan mudah."

Pilihan Editor: Target Kemiskinan Ekstrem 0 Persen pada 2024, Ekonom Singgung Kritik dari Bank Dunia

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

2 hari lalu

PBB: Kehancuran Bangunan di Gaza Terburuk Sejak PD II, Butuh Biaya Rekonstruksi Hingga US$40 Miliar

PBB melaporkan kehancuran perumahan di Gaza akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

5 hari lalu

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

Vitamin D memiliki peran dalam menjaga pertumbuhan otot dan tulang yang optimal dengan absorbsi kalsium di saluran cerna.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

7 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

9 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

9 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

10 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

MK Nilai Keterlibatan Menteri di Program Bansos Tak Untungkan Prabowo-Gibran

14 hari lalu

MK Nilai Keterlibatan Menteri di Program Bansos Tak Untungkan Prabowo-Gibran

Pembahasan program bansos sebagai bagian dari program perlindungan sosial dinilai telah mendapatkan persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.

Baca Selengkapnya

MK Minta Penyaluran Bansos Tak Lagi Dilakukan Jelang Pemilu

14 hari lalu

MK Minta Penyaluran Bansos Tak Lagi Dilakukan Jelang Pemilu

MK tidak menemukan bukti penyaluran bansos oleh Jokowi dan sejumlah menteri ditujukan untuk menguntungkan pasangan calon tertentu.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

14 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

16 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya