Peluang Bisnis dari Pengembangan Teknologi Kecerdasan Buatan AI, Berikut Daftarnya
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 31 Mei 2023 17:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang pesat dalam beberapa tahun terakhir membuka peluang pemanfaatannya di sektor bisnis. Deputy Director-Industry Collaboration Indonesia AI Society, Adhiguna Mahendra memprediksi pemanfaatan AI di berbagai bidang usaha akan terus meningkat.
“Saya yakin, ke depannya, kian banyak perusahaan yang menggunakan AI,” katanya lewat keterangan tertulis, Selasa 30 Mei 2023.
Dalam diskusi bertajuk Disruptive Innovation in the Telecommunication Industry yang digelar Master Program Universitas Prasetiya Mulya di Plaza Senayan, pekan lalu, Adhi mengatakan saat ini setidaknya ada dua model bisnis yang bisa dimanfaatkan para entrepreneur, yaitu membuat perusahaan pengembang piranti lunak (software) maupun komponen fisik (hardware) berbasis kecerdasan buatan.
Pada masa lalu, menurutnya pengembang AI harus memulai dari nol dengan membuat algoritma hingga mengumpulkan data. “Tetapi sekarang dengan banyaknya platform dan framework yang bersifat open source, pengembangan AI menjadi lebih mudah,” kata Chief of Business, Product & AI Strategy di perusahaan pengembang AI lokal, Nodeflux itu.
Salah satu platform AI yang bisa dimanfaatkan para pengembang kata dia, adalah Generative Pre-training Transformer (GPT) dari perusahaan OpenAI. Teknologi dengan program pengolahan bahasa itu kini sudah memasuki generasi keempat. “GPT ini bisa digunakan untuk menganalisa data, membuat laporan, dan sebagainya. Tinggal bagaimana pengembang memanfaatkan program itu, mengumpulkan datanya, membuat aplikasinya serta model bisnisnya jika hendak dipasarkan.”
Pengembangan AI menurutnya tidak membutuhkan modal besar dan bisa dilakukan oleh perusahaan berskala kecil. Pendirian start-up AI tidak memerlukan investasi puluhan juta dolar Amerika Serikat.
Selanjutnya: daftar solusi bisnis yang dikembangkan dari teknologi kecerdasan buatan
<!--more-->
Sekarang telah banyak perusahaan telekomunikasi di dalam negeri yang terbuka untuk berkolaborasi dengan perusahaan pengembang skala kecil. “Kolaborasi ini memungkinkan perusahaan pengembang untuk meningkatkan bisnisnya,” kata Adhi.
Perusahaan pengembang AI dinilainya tidak perlu khawatir bakal kesulitan memasarkan produk. Alasannya karena akses pasar sudah sangat terbuka dengan keberadaan toko aplikasi semacam Google Playstore dan App Store. Begitu juga menurutnya soal akses pasar bagi pengembang hardware berbasis AI yang bisa dilakukan melalui berbagai platform lokapasar (marketplace).
Sementara SVP Solution Architect at Enterprise/Business Solution Directorate PT XL Axiata Tbk, Aun Abdul Wadud, mengatakan, kehadiran teknologi komunikasi 5G memungkinkan proses automasi di sektor industri berjalan lebih cepat dan canggih. Proses bisnis dan produksi yang kompleks di sejumlah sektor industri kini bisa dilakukan secara digital. Hasilnya, produktivitas bisa meningkat, efisien, dan mengurangi kesalahan manusia.
Pihaknya mengaku tengah gencar mengembangkan berbagai solusi bisnis berbasis teknologi machine learning dan AI. Teknologi 5G menurutnya berkapasitas sangat besar, dan dinilai cocok untuk dimanfaatkan sektor industry. “Kolaborasi dengan para pengembang teknologi AI diperlukan agar semakin banyak inovasi solusi bisnis yang lebih cerdas dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang,” katanya
Aneka solusi bisnis yang bisa dikembangkan dari teknologi kecerdasan buatan, kata Aun, antara lain sistem automasi untuk pemrosesan dokumen, manajemen rantai pasok, atau optimasi logistik. AI juga bisa digunakan untuk pengembangan produk dan layanan inovatif. Dengan menggunakan teknik pembelajaran mesin dan pengolahan bahasa alami, perusahaan dapat menciptakan asisten virtual, chatbot, atau sistem rekomendasi yang dapat meningkatkan pengalaman pelanggan.
Dia mencontohkan sistem automasi yang dikembangkan XL Axiata pada salah satu site di Kalimantan untuk bisnis batu bara. "Pada industri mining yang sudah didukung 5G, truk-truk sudah tanpa sopir karena dikerjakan secara automasi,” katanya. Teknologi itu juga dilengkapi fitur early warning system untuk mencegah tabrakan dan lainnya.
Direktur Sekolah Bisnis dan Ekonomi Center of Excellence Universitas Prasetiya Mulya, Anton Sumarlin, mengatakan diperlukan lima komponen analis dalam merancang model bisnis yang tepat dan kuat, yaitu nilai, adaptasi, keunikan khusus, produk sulit atau bahkan tidak dapat ditiru oleh pesaing, dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Pilihan Editor: J.CO Diduga Upselling ke Konsumen Viral di Media Sosial, Jaringan Bisnisnya Sampai ke Arab Saudi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini