Pengamat: Layanan BSI Error Jadi Pelajaran bagi Bank untuk Tingkatkan Mitigasi Risiko
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 13 Mei 2023 12:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Perbankan dan Mantan Assistant Vice President PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Paul Sutaryono menanggapi adanya gangguan yang terjadi pada PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI. Bank syariah itu mengalami gangguan sejak Senin, 8 Mei 2023, kemudian pada hari Kamis, 11 Mei 2023, pihak bank itu memastikan bahwa layanannya kembali normal.
“Hal itu menjadi pelajaran berharga (lesson learned) bagi bank apa saja untuk terus meningkatkan upaya mitigasi risiko terutama risiko teknologi. Apalagi kini di era perbankan berbasis digital,” ujar dia saat dihubungi pada Jumat, 12 Mei 2023.
Menurut Paul, sejatinya terganggunya sistem, aplikasi, dan ATM itu merupakan risiko teknologi. Dia mengatakan jika hal itu disebabkan oleh perubahan sistem, bank wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada nasabahnya. Sehingga, potensi risiko yang dihadapi oleh nasabah dapat ditekan serendah mungkin.
Artinya, dia berujar, nasabah dapat melakukan transaksi di loket kantor cabang terdekat. Jika gangguan itu dari serangan virus, menurut Paul, bank harus segera dapat mengatasinya. “Sudah semestinya, bank memiliki backup system sehingga ketika sistem utama jatuh, backup system itu dapat menggantikannya segera,” ucap Paul
Kepada nasabah BSI, Paul mengingatkan agar tidak perlu takut kehilangan uangnya karena sudah semestinya semua transaksi ada rekamannya. Namun tentu saja nasabah pasti merugi berupa kesempatan yang hilang (opportunity loss).
“Mengapa? Karena transaksi tidak dapat dilakukan pada saat yang sudah direncanakan,” tutur dia.
Selanjutnya: Otoritas diminta seluruh bank untuk memprioritaskan upaya mitigasi risiko teknologi
<!--more-->
Paul juga menuturkan bahwa hal itu tidak hanya terjadi pada BSI, bank lain pen pernah mengalaminya. Namun, ketika itu hanya ATM saja yang terganggu, sistem lain misalnya mobile banking atau m-banking tetap berfungsi sehingga transaksi bisa tetap jalan.
Dengan adanya masalah yang terjadi pada BSI itu, Paul menyarakan agar Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar mendesak seluruh bank untuk memprioritaskan upaya mitigasi risiko teknologi, terlebih serangan virus. “Dengan demikian, kepentingan dan perlindungan nasabah harus menjadi prioritas,” tutur dia.
Sementara Praktisi Perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Peneliti Lembaga Ekonomi, Sosial, dan Ekosistem Digital (ESED) Chandra Bagus Sulistyo menjelaskan bahwa segala potensi dan dampak ekonomi pasti ada. Namun, kejadian gangguan layanan BSI itu berdampak secara internal.
“Karena bagaimana pun kejadian tersebut adalah risiko operasional,” ujar dia.
Dia menilai kejadian di BSI itu menjadi pembelajaran bagi semuanya termasuk di perbankan nasional. Karena peristiwa itu harus diantisipasi dengan adanya era digitalisasi teknologi yang diharapkan semua layanan itu bisa difasilitasi dengan kecanggihan teknologi.
Karena, Chandra berharap dengan digtalisasi teknologi, layanan perbankan menjadi semakin mudah, dan manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat. Ketika bicara tentang layanan masyarakatnya terganggu, dia berujar, mungkin secara bertahap akan dilakukan perbaikan oleh BSI bagaimana mengembalikan trust masyarakat.
“Kita ini bisnis perbankan, bisnis trust itu yang harus kita jaga,” kata Chandra.
Sehingga menurut Chandra mungkin secara internal BSI akan melakukan proses perbakan dari kondisi kurang baiknya layanan yang ada. “Kinerja perbankan nasional masih cukup kondusif ada beberapa hal yang perlu diperbaiki tapi itu menjadi chalenging bagi kita semuanya,” ujar Chandra.
MOH KHORY ALFARIZI | CAESAR AKBAR
Pilihan Editor: Layanan Perbankan Error, Dirut BSI: Tidak Ada Rush Money
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini