Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia Wimboh Santoso mengatakan meskipun pda awal 2009 angka kredit bermasalah cenderung menguat, namun pada kuartal selanjutnya faktor pendorong lonjakan kredit bermasalah mulai berkurang. "Memang persentasenya meningkat tapi tidak signifikan dan akan menurun," kata Wimboh di gedung Bank Indonesia Jakarta, Jumat (24/4).
Dia menjelaskan, pada Desember 2008 angka kredit bermasalah perbankan sebesar 3,8 persen. Angka itu meningkat pada Januari 2009 menjadi 4,2 persen dan di Februari mencapai 4,3 persen. Rendahnya angka kredit bermasalah di Desember 2008, lanjut dia, disebabkan bank-bank banyak yang melakukan write off atau penghpusan kredit-kredit bermasalah. "Kalau perbankan selektif menyalurkn kredit, maka NPL bisa lebih rendah," ujarnya.
Menurut wimboh, hasil uji ketahanan atau stress test yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada seluruh bank nasional pada kurtal pertama 2009 menunjukkan persentase kredit bermasalah akan berada di kisaran 5-6 persen kalau pertumbuhan ekonomi 4 persen. Stress test yang dilakukan bank sentral mengacu pada indikator makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah.
EKO NOPIANSYAH