Luhut Gandeng Cina Dukung Pengembangan Laboratorium untuk Food Estate: Supaya Ada yang Jadi
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 10 April 2023 18:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan hasil kunjungannya dari Beijing, Cina. Salah satunya adalah kerja sama pengembangan megaproyek food estate.
Ia berujar National Development dan Reform Commission (NDRC) serta Kementerian Sains dan Teknologi Cina akan mendukung pengembangan laboratorium dan kawasan herbal center dan food estate.
"Nanti ada herbal center dan food estate yang berbasis AI (artificial Intellegence). Food estate ini biar ada yang jadi, jejeg gitu," tutur Luhut di kantornya, Jakarta Pusat pada Senin, 10 April 2023.
Ia menjelaskan kawasan Taman Sains dan Teknologi Herbal (TSTH) Toba akan dijadikan pilot project. Kemudian selanjutnya akan diterapkan di proyek food estate Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, dan kawasan lainnya.
Pengembangan teknologi tersebut diharapkan bisa membuat Indonesia mampu memproduksi bibit sendiri di dalam negeri. Sehingga, tutur Luhut, pemerintah tidak perlu lagi mengimpor kebutuhan bibit untuk proyek food estate.
Luhut menuturkan pemerintah Indonesia bersama Cina juga sudah sepakat mengembangkan teknologi genomic untuk mengembangkan bibit ini. "Sudah disepakati akan dilakukan dan sekarang sebenarnya sudah mulai dikerjakan," tuturnya.
Selanjutnya: Seperti diketahui, tiga tahun setelah dicanangkan ...
<!--more-->
Seperti diketahui, tiga tahun setelah dicanangkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), proyek lumbung pangan atau food estate masih terus menuai kritik. Juru kampanye Pantau Gambut Wahyu A. Perdana mengatakan alokasi anggaran sebanyak Rp 1,5 triliun untuk proyek food estate di tahun 2021-2022 terbukti belum mampu mengakselerasi hasil panen.
"Hal ini terjadi akibat lahan yang ditanami sebagian besar merupakan lahan gambut yang selalu basah dan memiliki tingkat keasaman cukup tinggi, sehingga tidak cocok dengan komoditas pertanian skala besar," tutur Wahyu, Jumat, 3 Maret 2023.
Dari riset yang dilakukan Pantau Gambut, Wahyu mengungkapkan ada empat wilayah Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) di Kalimantan Tengah terindikasi masuk ke dalam tingkat kerentanan tinggi atau high risk kebakaran hutan dan lahan. Di antaranya, 190.395 hektare pada KHG Sungai Kahayan-Sungai Sebangau yang termasuk ke dalam wilayah food estate juga berada dalam kondisi yang sama rentannya.
Di sisi lain, Wahyu berujar hutan gambut yang dibuka untuk lumbung pangan dapat melepaskan emisi sekitar 427 ton karbon ke udara. Ditambah, kata dia, ekosistem gambut yang rusak sangat sulit dan mahal untuk direstorasi, butuh waktu 10 ribu tahun untuk pembentukannya.
Karena itu, ia mendorong pemerintah untuk meninjau kembali regulasi proyek food estate dengan mempertimbangkan dampak kerusakan ekologi. Megaproyek ini pun, menurut Wahyu, telah menurunkan kesejahteraan petani lokal.
Pilihan Editor: Nikel Indonesia Dikucilkan, Besok Luhut ke Amerika Serikat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.