Luhut Minta Cina Turunkan Bunga Pinjaman Kereta Cepat, Lebih Rendah dari 3,4 Persen
Reporter
Riani Sanusi Putri
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 10 April 2023 13:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan hasil negosiasi dengan Cina soal interset rate atau atau tingkat suku bunga proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Ia berujar Cina Development Bank (CDB) bersedia menurunkannya dari 4 persen menjadi 3,4 persen dengan tenor pinjaman sekitar 30 tahun.
"Kemarin dia sudah mau di bawah 4 persen. Penawaran pertama sudah 3,4 persen tapi kita mau lebih rendah lagi," tutur Luhut dalam konferensi pers di kantornya pada Senin, 10 April 2023.
Adapun Luhut mengungkapkan tim teknis antar kedua negara sudah menyepakati cost overrun sebesar US$ 1,2 miliar. Dari cost overrun US$ 1,2 miliar, total pinjaman Indonesia diputuskan sebesar US$ 560 juta.
Luhut menekankan interest rate yang ditawarkan CDB itu baru penawaran pertama. Pemerintah masih akan meminta penurunan tingkat suku bunga lebih rendah lagi. Indonesia sendiri menginginkan interest rate sebesar 2 persen.
Maski besaran bunga belum sesuai harapan, Luhut menilai tingkat suku bunga yang ditawarkan sudah lebih rendah dibandingkan dari pihak lain. Jika Indonesia meminjam dari selain CDB, tutur Luhut, interest rate bisa mencapai 6 persen.
Selanjutnya: Luhut memastikan Indonesia mampu membayar bunga 3,4 persen
<!--more-->
"Jadi kalo dapet 3,4 persen misalnya sampe situ, ya we're doing okay. Walaupun tidak oke-oke amat, tapi dibandingkan kalau kita keluar?" ucapnya.
Kendati demikian, Luhut memastikan Indonesia tidak masalah dan mampu membayar dengan intereset rate 3,4 persen. Ia pun berjanji akan segera melakukan finalisasi atas negosiasi tingkat suku bunga pada pekan depan.
Lebih jauh, Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Investasi Septian Hario Seto pun menjelaskan tingkat bunga 3,4 persen sebetulnya sudah rendah. Sebagai perbandingan, Seto berujar interest rate 3,4 persen itu sekitar 0,2 persen di bawah obligasi pemerintah AS. Selain itu, angka tersebut juga masih di bawah bunga obligasi USD sebesar 5,6 persen.
"Jadi ini sebenernya bunga yang ditawarkan sudah lebih rendah dibandingkan dengan bunga pemerintah AS ataupun bunga obligasi USD dari pemerintah RI. Tapi kami masih mau nego lagi," ucapnya.
Pilihan editor: Nikel Indonesia Dikucilkan, Besok Luhut ke Amerika Serikat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini