Rekam Jejak Low Tuck Kwong, Orang Terkaya di Indonesia yang Geser Hartono Bersaudara
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 27 Desember 2022 06:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Low Tuck Kwong resmi menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia menggeser Hartono Bersaudara. Dalam daftar Forbes real time billionaires per Senin, 26 Desember 2022 Low Tuck Kwong masuk ke peringkat 50 orang terkaya di dunia.
Pada daftar itu, Low Tuck Kwong tercatat memiliki kekayaan bersih senilai US$ 27,1 miliar atau sekitar Rp 423 triliun (asumsi kurs Rp 15.615 per dolar AS). Angka tersebut melampaui Robert Budi Hartono di posisi kedua dengan nilai kekayaan dan Michael Hartono di posisi ketiga dengan nilai kekayaan masing-masing US$ 22,5 miliar dan US$ 21,6 miliar.
Baca: Daftar Orang Terkaya di Dunia Versi Forbes 2022, Elon Musk Teratas dengan Kekayaan Rp 3.430 Triliun
Low Tuck Kwong salip Duo Hartono
Adapun Robert dan Michael Hartono masing-masing menempati posisi orang terkaya nomor 67 dan 71 di dunia. Pada data yang dirilis secara real time tersebut, kekayaan Low Tuck Kwong tercatat meningkat 7,41 persen atau naik US$ 1,9 miliar.
Tak hanya duo Hartono bersaudara, nilai kekayaan Low Tuck Kwong melampaui harta CEO Softbank Masayoshi Son dengan nilai kekayaan US$ 22,9 miliar dan CEO Alibaba Jack Ma dengan nilai kekayaan US$ 22,7 miliar. Baik Masayoshi Son dan Jack Ma duduk di peringkat ke 65 dan 66 dalam daftar orang terkaya di dunia.
Sebelumnya, pada daftar 50 orang terkaya di Indonesia yang dirilis Forbes pada 8 Desember 2022, Low Tuck Kwong masih berada di urutan kedua dengan total kekayaan US$ 12,1 miliar. Nilai kekayaannya melonjak karen lonjakan harga batu bara, dari hanya US$ 2,55 miliar pada 2021.
Pada daftar di awal bulan ini pula tercatat Hartono bersaudara masih berada di peringkat satu dengan total kekayaan gabungan mencapai US$ 47,7 miliar. Kekayaan mereka melambung usai mengantar e-commerce Blibli, PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI), untuk initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Sebagai orang terkaya di Tanah Air, Low Tuck Kwong sejatinya tak hanya mengumpulkan pundi-pundi cuan dari sektor batu bara, tapi juga dari kontribusinya di perusahaan energi terbarukan di Singapura Metis Energy dan perusahaan sistem kabel bawah laut SEAX Global.
Seperti apa rekam jejak Low Tuck Kwong selama ini?
Low Tuck Kwong yang dijuluki sebagai raja batu bara Indonesia lahir pada 17 April 1948. Sejak berusia 20 tahun, ia bekerja di perusahaan konstruksi bangunan milik ayahnya, David Low Yi Ngo, yang merupakan pemilik dan direktur dari perusahaan konstruksi di Singapura.
Low kemudian mencoba peruntungan lebih besar untuk pindah ke Indonesia pada 1972. Ia lalu mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) sebagai kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil, dan struktur kelautan.
Tak hanya itu, JSI menjadi pelopor konstruksi pondasi tumpuk atau disebut pile foundation. Pada 1988, JSI mulai membuka sayapnya ke bisnis penambangan batu bara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka.
Dari bidang kontraktor, kekayaan Low mulai bertambah, tapi sumber utama melambungnya nilai kekayaannya adalah dari tambang pertama yang dibelinya pada 1997.
Dikutip dari bayan.com.sg, tambang tersebut dibelinya melalui PT Gunungbayan Pratamacoal. Kini lebih dikenal dengan Bayan Resources, perusahaan yang bergerak sebagai inovator dalam industri pertambangan batu bara Indonesia.
Perusahaan ini mencari metodologi dan teknologi baru untuk menjadi produsen dengan biaya terendah di Indonesia. Selanjutnya Bayan Resource yang didirikannya tersebut IPO pada 2008.
Selanjutnya: Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini ...
<!--more-->
Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini telah memiliki berbagai infrastruktur terkemuka melalui kepemilikan Terminal batu bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana, serta dua Floating Transfer Barges (KFT's).
Fasilitas yang dimiliki Bayan Group mampu menimbun batu bara dan memuat ke kapal dengan kecepatan berkisar antara 3.000-8.000 ton per jam. Dengan demikian, mereka dapat memberikan fleksibilitas dan penghematan dalam penggunaan kapal yang digunakan secara berlebihan.
Ia juga mendorong energi terbarukan
Hingga kini, luas konsesi cadangan pertambangannya mencapai 126.293 hektare di Kalimantan Timur dan Selatan. Selain itu, Low juga memegang jabatan penting di perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy serta memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.
Sedangkan dukungannya terhadap SEAX Global dengan membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Terlepas dari sisi bisnisnya, Low melimpahkan dana untuk membuat Kebun Binatang Gunung Bayan.
Dikutip dari Tatler Asia, kebun binatang tersebut dibangun untuk menampung hewan liar dengan spesies eksotis yang tergusur akibat aktivitas dekat penambangan batu baranya. Selain memerhatikan lingkungan, ia memberikan program beasiswa ke sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Salah satunya adalah donasi untuk beasiswa di Universitas Indonesia dengan biaya sebesar Rp 50 miliar. Dana itu diberikan dalam bentuk Biaya Operasional Pendidikan atau disingkat BOP.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan saham Low Tuck Kwong juga tercatat di emiten kabel PT Voksel Electric Tbk. (VOKS).
Low Tuck Kwong per 7 Desember 2022 diketahu menggenggam sebanyak 329.331.640 lembar saham VOKS. Jumlah itu setara dengan 7,93 persen porsi kepemilikan saham di VOKS.
Ia juga tercatat mengempit saham jasa tambang batu bara PT Samindo Resources Tbk. (MYOH). Berdasarkan data PT KSEI, per 7 Desember 2022, saham yang dimilikinya di MYOH sebesar 14,18 persen atau sebanyak 312.776.250 lembar saham.
Sebelumnya, pada pekan lalu, kapitalisasi pasar emiten batu baranya yakni BYAN berhasil menyalip kapitalisasi pasar PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) pada penutupan perdagangan Selasa, 20 Desember 2022.
Jumlah kapitalisasi pasar BYAN melonjak jadi Rp 543 triliun, di atas kapitalisasi pasar Bank Mandiri yang senilai Rp 464 triliun. Saham pun BYAN merangsek ke posisi ketiga sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, setelah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) masing-masing dengan nilai Rp 1.047 triliun dan Rp 737 triliun.
Kenaikan posisi saham BYAN milik Low Tuck Kwong ini membuat posisi BMRI turun ke peringkat keempat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa.
BISNIS
Baca juga: Masih Jadi Orang Terkaya Nomor Satu Versi Forbes 2022, Ini Profil Hartono Bersaudara
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.