Pemerintah Bersiap Impor Beras, Ombudsman Peringatkan 12 Indikator Ini

Jumat, 9 Desember 2022 02:30 WIB

Pekerja beraktivitas di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin, 10 Januari 2022. Stok beras juga akan bertambah 11,6 juta ton hasil panen peride Januari - Maret 2022 sehingga dipastikan masih surplus dan tidak perlu lagi mengimpor beras. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ombudsman Republik Indonesia menilai pemerintah belum memenuhi 12 indikator dalam pengambilan keputusan impor beras berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika berujar pemerintah hanya mempertimbangkan antisipasi krisis pangan dan minimnya stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Perum Bulog. "Hal ini berpotensi menimbulkan maladministrasi dalam pengambilan keputusan impor beras,” ucapnya melalui keterangan tertulis pada Kamis, 8 Desember 2022.

Pemerintah sepakat mengimpor beras sebanyak 200 ribu ton setelah Presiden Joko Widodo menggelar dua kali rapat terbatas. Kementerian Perdagangan telah memberikan izin kepada Bulog untuk mengimpor beras hingga 500 ribu ton.

Namun, Ombudsman menilai proses kesepakatan impor baru memenuhi sebagian dari indikator yang diperlukan. Berdasarkan Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan (LAHP) Ombudsman RI tentang Tata Kelola Cadangan Beras Pemerintah tahun 2021, terdapat 12 indikator dalam pengambilan keputusan impor beras maupun besaran CBP. Di antaranya, perkembangan luas lahan, perkembangan potensi produksi padi dan beras nasional, proyeksi ketersediaan CBP, dan ketersediaan stok CBP pada Perum Bulog.

Indikator lainnya adalah ketersediaan stok beras di rumah tangga, penggilingan dan pedagang, perkembangan konsumsi beras per kapita, perkembangan ekspor dan impor beras, perkembangan harga beras atau stabilisasi harga beras, target penyerapan dan penyaluran Perum Bulog atas produksi beras dalam negeri, kalender masa tanam dan masa panen, ancaman produksi pangan, dan keadaan darurat dan krisis pangan.

Advertising
Advertising

Indikator utama yang menjadi sorotan Ombudsman adalah ketersediaan stok beras. Yeka menyayangkan perbedaan data antara Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog dengan Kementerian Pertanian. Sebelumnya Bapanas menyatakan CBP yang dikelola oleh Bulog berkurang hingga 50 persen dari batas aman stok sebanyak 1,2 juta ton per tahun. Sedangkan Kementerian Pertanian menyatakan stok beras surplus.

Menurutnya, kisruh perbedaan data stok beras antar kementerian dan lembaga terkait ini sebetulnya merupakan kejadian berulang. Pasalnya hal yang sama juga terjadi pada awal tahun lalu hingga memicu kegaduhan rencana impor beras untuk keperluan CBP. "Data stok beras hanya sebagian kecil dari banyaknya faktor yang penting diperhatikan oleh pemerintah sebelum mengambil keputusan impor beras untuk CBP,” ujar Yeka.

Ombudsman Ingatkan Peristiwa Disposal Stock

Yeka menilai pemerintah harus mengedepankan aspek tata kelola yang baik. Meski keputusan impor tidak selalu berdampak buruk, pemerintah tetap perlu mengkaji ulang urgensi impor beras CBP dan menjelaskannya kepada publik.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemerintah perlu memperhatikan penetapan waktu impor. Ombudsman mengingatkan jangan sampai beras impor itu justru tiba di Indonesia pada saat panen raya yang diprediksi akan terjadi pada awal 2023. Sehingga keputusan impor membuat perlindungan dan kesejahteraan petani menjadi terancam.

Selanjutnya, Ombudsman meminta pemerintah untuk memperhatikan kondisi disposal stock dalam penyerapan stok beras, baik dari dalam negeri maupun impor. Berkaca dari kasus pemusnahan disposal stock pada 2019 sebanyak 20 ribu ton, ia memperingatkan pemerintah untuk menghitung kebutuhan saat ini dengan presisi. Sehingga, tidak terjadi inefisiensi sumber daya dan keuangan.

Ombudsman juga menilai pemerintah belum efektif dalam membangun kebijakan seputar beras yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ia mengatakan kinerja pengadaan beras Bulog kian melorot dan stabilisasi harga beras pun menjadi tersendat. Musababnya adalah pencabutan captive market dalam penyaluran beras Bulog dan lambannya pemerintah dalam merevisi HPP.

“Agar kejadian ini tidak berulang di akhir 2023, alangkah patutnya jika pemerintah kembali memikirkan untuk memastikan pengadaan beras program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) bersumber dari pengadaan beras Bulog,” kata Yeka. Menurut dia, langkah itu juga akan membuat penggunaan dana APBN lebih efisien.

Terakhir, Ombudsman juga mendorong Bapanas untuk mengintegrasikan penugasan dari hulu ke hilir. Sehingga, Bulog tidak selalu dijadikan kambing hitam dalam pengelolaan CBP.

Baca Juga: Pemerintah Impor Beras, Ini 5 Negara Pemasok Beras ke Indonesia

Berita terkait

Ombudsman Usul Seleksi CASN Ditunda usai Pilkada 2024 agar Tak Jadi Komoditas Politik

2 jam lalu

Ombudsman Usul Seleksi CASN Ditunda usai Pilkada 2024 agar Tak Jadi Komoditas Politik

Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih mengusulkan agar seleksi CASN ditunda hingga setelah Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

2 hari lalu

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

Alexander Marwata membantah konflik yang sedang terjadi antara Nurul Ghufron dan anggota Dewas KPK Albertina Ho tidak ada kaitan dengan pelemahan KPK.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

6 hari lalu

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

6 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Daftar Harga Kebutuhan Pokok Terkini, Bawang Merah dan Gula Meroket

7 hari lalu

Daftar Harga Kebutuhan Pokok Terkini, Bawang Merah dan Gula Meroket

Harga sejumlah kebutuhan pokok terpantau naik pada hari ini. Sejumlah bahan pangan itu adalah bawang, cabai daging, gula pasir, ikan dan garam.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

8 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

8 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

9 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok Capai Rp 4.500 per Kilogram, Serikat Petani Indonesia Minta Pemerintah Naikkan HPP

9 hari lalu

Harga Gabah Anjlok Capai Rp 4.500 per Kilogram, Serikat Petani Indonesia Minta Pemerintah Naikkan HPP

Harga gabah anjlok di Rp 4.500, Serikat Petani Indonesia minta Bapanas naikkan harga pembelian pemerintah menjadi Rp 7.000 per kilogram.

Baca Selengkapnya